Baca Juga
Setelah sebelumnya penulis menyampaikan informasi mengenai syarat untuk masuk sekolah keperawatan, kali ini penulis ingin menyampaikan beberapa syarat untuk bisa menjadi seorang perawat. Syarat untuk menjadi perawat yang penulis sampaikan di artikel ini adalah persyaratan pada umumnya. Karena beberapa instansi terkadang mempunyai standart atau persyaratan yang berbeda untuk bisa menerima tenaga keperawatan sebagai tenaga paramedisnya.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Ilmu Keperawatan, maka para mahasiswa lulusan baru akan mencari pekerjaan meskipun beberapa diantaranya memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dalam prosesnya, masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi seorang perawat selain memiliki ijazah keperawatan. Berikut 12 persyaratan untuk bisa menjadi seorang perawat.
12 syarat untuk bisa menjadi seorang perawat
- Lulus sekolah perawat. Syarat pertama untuk menjadi perawat yakni kita harus menyelesaikan pendidikan perawat terlebih dahulu. Pendidikan perawat dalam hal ini adalah bisa DIII keperawatan maupun S1. Saat ini banyak sekali Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang membuka prodi keperawatan baik itu DIII maupun S1. Perawat lulusan DIII keperawatan disebut juga perawat terampil sedangkan perawat yang sudah menempuh Pendidikan S1 + profesi 1 tahun disebut sebagai perawat professional. Jadi bagi rekan-rekan atau adek-adek yang ingin menjadi perawat harus menempuh Pendidikan perawat terlebih dahulu. Saran dari penulis, pilihlah Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan yang benar-benar sudah terakreditasi minimal akreditasi B. Karena dalam proses rekruitmen karyawan baru di sebuah Rumah Sakit, biasanya Rumah Sakit tersebut akan mempertimbangkan darimana karyawan tersebut berasal. Apakah dari Perguruan Tinggi yang sudah terakreditasi dan berkompeten menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan yang baik.
- Memiliki tinggi lebih dari 150 untuk perempuan dan 155 untuk laki-laki. Ukuran tinggi badan yang ideal merupakan syarat penting untuk menjadi perawat. Beberapa tindakan keperawatan menuntut perawat memiliki tinggi badan yang ideal seperti mengganti infuse pasien, melakukan pijat jantung pada pasien dengan kondisi kritis ( RJP ), menolong persalinan ( meskipun hal ini sangat jarang ) dan biasa dilakukan oleh seorang bidan. Oleh karena itu, beberapa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan mempersyaratkan perawat memiliki tinggi badan yang cukup.
- Tidak buta warna. Bisa dibayangkan apabila ada perawat yang mengidap gangguan sperti buta warna? Untuk menjadi perawat tidak buta warna merupakan syarat mutlak. Karena seseorang dengan gangguan buta warna, tentu saja akan kesulitan dalam membedakan warna obat, jenis cairan infuse, terlebih mengidentifikasi cairan atau eksudat yang keluar dari seorang klien ( darah, nanah, cairan pleura ? )
- Memiliki STR. Saat ini memiliki STR merupakan syarat wajib yang harus dimiliki untuk bekerja sebagai perawat. STR sendiri merupakan kepanjangan dari Surat Tanda Registrasi. Setelah seorang mahasiswa perawat menyelesaikan kuliahnya, maka dia harus mengikuti ujian kompetensi. Ujian kompetensi ini dilakukan serentak dan penyelenggaranya adalah MTKI. Setelah dinyatakan lulus dari Ujian Kompetensi lantas kita belum bisa langsung memperoleh STR layaknya kita mengikuti sebuah seminar. Karena proses untuk menerbitkan STR harus dilakukan di MTKI pusat, oleh karenanya beberapa harus rela menunggu berbulan-bulan untuk bisa mendapatkan sebuah STR
- Tidak memiliki riwayat penyakit menular. Untuk bisa menjadi seorang perawat, selain harus berkelakuan baik, kita juga harus sehat secara jasmani. Sehat secara jasmani salah satunya adalah tidak teridentifikasi menderita penyakit menular. Saat proses rekruitmen baik itu mahasiswa keperawatan maupun karyawan baru. Kita harus menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan laborat. Beberapa kasus, terdapat mahasiswa lulusan baru tidak diterima sebagai perawat di salah satu Rumah Sakit karena terbukti menderita penyakit hepatitis B.
- Lulus ujian sebagai perawat. Beberapa Rumah Sakit melakukan ujian tertulis saat rekruitmen karyawan baru, calon perawat. Untuk bisa menjadi perawat, calon karyawan baru harus lulus ujian tertulis terlebih dahulu. Beberapa mater yang diujikan diantaranya adalah kemampuan dasar dalam bidang keperawatan, misal cara menghitung tetesan infuse, cara melakukan RJP yang benar, cara menghitung kebutuhan cairan seorang pasien dsb. Selain itu perawat juga harus mengikuti ujian psikotest.
Selain beberapa syarat diatas, ada syarat yang tidak baku untuk bisa menjadi seorang perawat. Syarat tidak wajib diantaranya adalah :
- Tidak mudah merasa jijik. Entah kosakata apa yang tepat untuk menyampaikan kata “jijik”. Perawat dituntut untuk bisa bekerja secara professional. Perawat harus bisa memberikan layanan secara prima terhadap klien yang membutuhkan bantuannya apapun kondisinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, seringkali kita mendapati klien dengan kondisi yang kurang baik, seperti kondisi saat kecelakaan dengan banyak luka, pasien dengan riwayat penyakit kangker dengan luka yang kurang sedap. Dan masih banyak lainnya dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
- Bisa bekerjasama dalam satu tim. Perawat tidak bisa bekerja sendiri. Dalam prakteknya, dia mau tidak mau harus bisa bekerja sama dengan profesi lain. Baik itu dengan seorang dokter, petugas administrasi, bidan maupun fisiotherapi.
- Bisa bekerja dalam system shift. Khusus bagi perawat yang bekerja dalam suatu rumah sakit, dia harus bisa bekerja dalam system shift. Perawat harus bisa menyesuaikan jadwal yang ditentukan meskipun dalam kenyataannya bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung dari ketenagaan tempat dia bekerja. Sistem shift ini seringkali menguntungkan dan juga bisa merugikan. Keuntungan system shift tentu saja kita lebih fleksibel dalam bekerja karena tidak monoton namun disisi lain, kesehatan kita akan terganggu. Karena waktu kita untuk mengistirahatkan badan ini tidak teratur.
- Perawat harus sabar. Menjadi perawat harus sabar. Harus sabar karena yang dihadapi adalah orang-orang sakit dan memerlukan pertolongan dengan segala keluhannya. Dalam kenyataannya dan praktek sehari-hari, penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa perawat selain harus memiliki kecerdasan secara intelektual, dia juga harus memiliki kecerdasan dalam mengontrol emosi. Sebagai contoh: Tidak mudah marah dalam mengadapi pasien dan keluarga komplain. Tetap tenang meskipun dibawah tekanan.
- Perawat harus mempunyai jiwa empati. Jiwa empati merupakan soft skill yang sebaiknya ditanamkan sejak seorang perawat mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan. Hal ini dikarenakan membentuk karakter ini akan jauh lebih sulit dibandingkan dengan melatih atau mengajari sebuah keterampilan. Dengan memiliki jiwa empati, seorang perawat dapat mengerti apa kebutuhan seorang pasien, serta tindakan apa yang sebaiknya dilakukannnya untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh seorang klien. Pernah seorang perawat di salah satu Rumah Sakit terkemuka di Kota Yogyakarta, mendapati seorang anak tertidur dengan pulas pada sebuah antrian, untuk periksa di poliklinik anak. Karena jiwa empati dan fellingnya yang kuat, dia mendatangi anak tersebut meskipun antriannya cukup banyak. Alangkah terkejutnya dia setelah mendapati anak tersebut karena akral teraba dingin dengan nadi yang lemah. Segeralah anak tersebut dilarikan ke IGD untuk mendapatkan pertolongan. Anak tersebut ternyata mengalami gangguan yakni DSS ( Dengue Syok Sindrome ). Kondisi syok yang diakibatkan karena penyakit demam berdarah. Sifat-sifat empati seperti inilah yang harus dimiliki oleh seorang perawat.
- Mau dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK. Karena Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu berkembang, terlebih ilmu tentang kesehatan. Perawat harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan perkembangannya.
Itulah setidaknya 12 syarat untuk bisa menjadi perawat yang berhasil penulis rangkum. Semoga dengan artikel ini bisa menjawab pertanyaan dari teman-teman dan memberikan sedikit gambaran tentang dunia keperawatan pada umumnya. Salam