Baca Juga
MASIHKAH ADA..
Yg gak malem mingguan yuk mari kita berhayal bareng bareng
SELAMAT NGEJOMBLOOOOOO
SELAMAT NGEJOMBLOOOOOO
UFA
"Satuuu"
"Duaaaaaa"
"Tigaaaaaaaa"
"Surpriceeeeee.."
"Happy birthday bunda, Happy birthday bunda, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday bunda yeayyyyyy"
"Selamat ulang tahun sayang, ayah cinta bunda"
"Tarra cinta bunda"
"Terre juga"
---
"Bun.. bundaaa" lamunan christy seketika buyar saat anak berusia 4 tahun ini memanggilnya, 2 tahun yg lalu semuanya berubah, semuanya berbeda, semuanya hilang, semuanya seakan pergi dari kehidupannya.. dunia terbalik
Suaminya, Handi Morgan Winata tak lagi hangat kepadanya, dingin.. semuanya berjalan lurus lurus saja tidak ada yg menarik lagi dalam keluarga kecilnya yg dulu penuh kehangatan.
Anak pertamanya, Bimantarra Samuella Winata ,anak angkat lebih tepatnya! Anak angkat yg ia adopsi pada saat usia pernikahannya dengan morgan yg ke 5. Ia acuh dengan keadaan dirumahnya, dia acuh terhadap semua yg menjadi bagian hidupnya. Menginjak bangku kelas 4 sd tarra semakin cuek dengan apa yg ada di sekitarnya.
Putri ke duanya, Theresqia Svannie Winata. Inilah satu satunya harapannya, putri kecil yg sudah ia dambakan selama hampir 9 tahun menikah. Hanya tere yg masih sama, hanya tere yg tak berubah, dan hanya terelah putri kecilnya christy.
"Bundaaa" lagi lagi tere memanggilnya dengen lembut, lamunan christy buyar.. ia menoleh penuh tanda tanya pada anaknya.
"Tere mau keluar bun,, tere bosan" dengusnya, tere sedang berada di rumah sakit dari seminggu yg lalu, jantungnya lemah, dia mengalami sedikit kelainan pada organ jantungnya.
"Bosan ya? Tapi bunda gak bisa ajak kamu keluar, gimana kalau kita lihat semua yg ada di taman dari jendela.. asik bukan?" Elak christy berusaha mencairkan suasana
"Sambil tunggu ayah datang ya ndah? Uhh tere kangen banget sama ayah" wajahnya langsung sumringah, christy yg mendengar itu hanya tersenyum simpul dan langsung menggendong tere menuju jendela sambil membawa botol infusnya..
***
"Tereeeeeee"
"Ayahhhh" tere hendak bangkit dari ranjangnya mendengar seseorang yg datang, namun christy menahannya.
"Ayah kemana aja? Ayah kok gak temuin tere? Tere kan kangen ayah.. abang tara dimana yah? Ayah gak ajak abang? Trus tante itu siapa yah?" Mendengar kalimat terakhir anaknya christy yg sebenarnya malas menoleh pun akhirnya luluh juga.. dilihatnya wanita cantik berpakaian rapi, rambut yg di gerai setengah, serta wedges yg berwarna senada.. ohh "Clara" assistan pribadinya morgan, christy kenal dengan clara tapi tidak buat anak anaknya, baginya tak penting juga anaknya mengenal clara.
"Kamu ini.. bawel sekali anak ayah, tanya ya satu satu dong nak, kenalkan ini tante clara" jawab morgan kepada anaknya yg masih menatap jengkel kearah clara
"Haiii cantik" puji clara ke tere berharap di puji balik oleh anak ini
"Hai tan" jawab tere simple lalu mencoba mencari kesibukan sama bundanya.
---
"Ayahhhhh... buruan tara sudah telat ayahhhh.. ini hari senin waktunya berupacara" teriak anak laki laki ini sambil mengikat tali sepatunya, dengan cepat morgan menarik dasinya dan menyambar tas kerjanya.
Tanpa kata, tanpa senyum, ia pun memberi aba aba terhadap putranya agar segera masuk ke mobil.
Dimobil tak ada percakapan antar keduanya,
"Hati hati" hanya kalimat itu yg bisa morgan sematkan saat melihat putranya keluar dari mobil tanpa sepatah katapun.
MorganWinata-
Aneh rasanya, benar benar aneh..
Akupun bingung kenapa kondisi keluarga ku tak seutuh dulu? Semuanya hanya berupa wujud tak berjiwa.. wujud mereka ada tapi aku sama sekali tak merasakan kehangatan dalam keberadaan mereka.
Akupun tak bisa mencairkan keheningan saat kita tengah kumpul, mereka semua sibuk masing masing.
Aku yg jenuh pun memilih beralih ke clara, assistan ku yg perfect. Christy berubah, dia lupa akan diriku yg ia fikirkan hanya tere, tere, dan tere. Sejak ia tau tere mengidap penyakit yg sedikit serius ia semakin over dengan tere. Akupun jenuh di rumah, belum lagi tarra yg belakangan ini sering banget buat masalah dengan siapa pun baik aku, christy maupun orang lain. Semuanya berubah seketika~
Tarra tak semanis dulu, tara tak se tunduk dulu. Sekarang ia lebih dari sekedar berontak.. ia sedikit liar dan frontal..
"Bundaaa.. kenapa ayah gak jemput kita?" Katanya saat berada di tengah perjalanan pulang
"Ayah sibuk"
"Kenapa ayah sibuk bun?"
"Karna ayah punya pekerjaan"
"Kenapa ayah harus kerja?"
"Hmm.. ntah lah nak, beristirahat lah selagi perjalanan masih jauh" ucap christy, tere yg mendengar itupun mengangguk lalu mempererat pelukan bersama bundanya
"Assallamualaikum"
"Den kok tumben pulangnya cepet? Oh ya tere sama bunda sudah pulang loh. Ada dikamar non tere kayaknya" sambut bi jum
"Oh" jawab tara yg langsung beralih
"Bi nanti tolong kasih ini ke bunda ya" tara menyerahkan selembar surat.
Tara mendengar beberapa ketukan keras pada pintu kamarnya, dengan segan ia membukanya, mendapati wajah ayahnya yg kini sudah memerah.
"Apa maksud surat ini?" Tanya morgan yg mengangkat suratnya
"Apa ayah gak bisa baca? Itu surat panggilan untuk orang tua ku karna aku telah berkelahi di sekolah pagi tadi"
"Bagussss.. mau jadi apa kamu berkelahi.. jagoan? Iya? Ini surat ke dua yg ayah terima.. kenapa kamu gak pernah mau belajar dari kesalahan?" Pekik morgan dengan suara yg meninggi
"Disitu hanya tertera ayah mau datang atau tidak! Gak ada yg lain kan yah? Luangkan waktu ayah sebentar aja bisa gak sih?" Jawabnya yg membuat morgan semakin emosi
"Apa maksud kamu hah?"
"Tara cuma minta ayah ngeluangin waktu buat tara sebentarrrrrr aja, bukan buat si cewek murahan itu" ucapnya karna sudah terlalu muak mendapati clara yg sering datang kerumah waktu christy dirumah sakit.
"Siapa? Jaga omongan kamu anak kecil! Masih kecil sudah gak sopan.. ayah nyekolahin kamu biar beretika.. " morgan kini menarik kerah anaknya sendiri
"Tapi aku gak pernah sudi beretika di depan ayah!!"
PLAKSSSSS
"Morgan.... kamu gila!!!!!!" Tiba tiba saja christy datang langsung mendekap tara yg menangis.
"Lihat ini.. lihat ini christyyy.. ini anak kamu! Anak yg selalu kamu bela!! Aku gak pernah punya anak yg seperti ini" ujar morgan sambil menunjuk nunjuk ke arah tara
"Terserahhhh.. tapi emang kamu udah benar benar gila!" Christy langsung mengajak tara pergi dari ruangan itu dan menuju kamar tere.
Dikamar tere tak ada percakapan antara mereka, hanya ada suara alat oksigennya tere yg sekarang sudah melekat di hidungnya, katanya dia sesak tadi.
Christy yg tidur di samping tere sambil memainkan rambutnya pun tak berniat memecahkan keheningan. Tara juga, dia sibuk memainkan jarinya di pinggir kasur.
"Bun tere mau susu" pintanya, sedetik kemudian kembali memasang oksigennya, christy hanya mengangguk
"Tara mau bunda buatin susu juga?" Tanya christy
"Enggak. Tara sudah besar" tolaknya mentah mentah..
Inilah.. tak ada lagi yg bermanja manja dengan christy kecuali tere, yg lain tak lagi di isi dengan kehangatan.
"Duaaaaaa"
"Tigaaaaaaaa"
"Surpriceeeeee.."
"Happy birthday bunda, Happy birthday bunda, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday bunda yeayyyyyy"
"Selamat ulang tahun sayang, ayah cinta bunda"
"Tarra cinta bunda"
"Terre juga"
---
"Bun.. bundaaa" lamunan christy seketika buyar saat anak berusia 4 tahun ini memanggilnya, 2 tahun yg lalu semuanya berubah, semuanya berbeda, semuanya hilang, semuanya seakan pergi dari kehidupannya.. dunia terbalik
Suaminya, Handi Morgan Winata tak lagi hangat kepadanya, dingin.. semuanya berjalan lurus lurus saja tidak ada yg menarik lagi dalam keluarga kecilnya yg dulu penuh kehangatan.
Anak pertamanya, Bimantarra Samuella Winata ,anak angkat lebih tepatnya! Anak angkat yg ia adopsi pada saat usia pernikahannya dengan morgan yg ke 5. Ia acuh dengan keadaan dirumahnya, dia acuh terhadap semua yg menjadi bagian hidupnya. Menginjak bangku kelas 4 sd tarra semakin cuek dengan apa yg ada di sekitarnya.
Putri ke duanya, Theresqia Svannie Winata. Inilah satu satunya harapannya, putri kecil yg sudah ia dambakan selama hampir 9 tahun menikah. Hanya tere yg masih sama, hanya tere yg tak berubah, dan hanya terelah putri kecilnya christy.
"Bundaaa" lagi lagi tere memanggilnya dengen lembut, lamunan christy buyar.. ia menoleh penuh tanda tanya pada anaknya.
"Tere mau keluar bun,, tere bosan" dengusnya, tere sedang berada di rumah sakit dari seminggu yg lalu, jantungnya lemah, dia mengalami sedikit kelainan pada organ jantungnya.
"Bosan ya? Tapi bunda gak bisa ajak kamu keluar, gimana kalau kita lihat semua yg ada di taman dari jendela.. asik bukan?" Elak christy berusaha mencairkan suasana
"Sambil tunggu ayah datang ya ndah? Uhh tere kangen banget sama ayah" wajahnya langsung sumringah, christy yg mendengar itu hanya tersenyum simpul dan langsung menggendong tere menuju jendela sambil membawa botol infusnya..
***
"Tereeeeeee"
"Ayahhhh" tere hendak bangkit dari ranjangnya mendengar seseorang yg datang, namun christy menahannya.
"Ayah kemana aja? Ayah kok gak temuin tere? Tere kan kangen ayah.. abang tara dimana yah? Ayah gak ajak abang? Trus tante itu siapa yah?" Mendengar kalimat terakhir anaknya christy yg sebenarnya malas menoleh pun akhirnya luluh juga.. dilihatnya wanita cantik berpakaian rapi, rambut yg di gerai setengah, serta wedges yg berwarna senada.. ohh "Clara" assistan pribadinya morgan, christy kenal dengan clara tapi tidak buat anak anaknya, baginya tak penting juga anaknya mengenal clara.
"Kamu ini.. bawel sekali anak ayah, tanya ya satu satu dong nak, kenalkan ini tante clara" jawab morgan kepada anaknya yg masih menatap jengkel kearah clara
"Haiii cantik" puji clara ke tere berharap di puji balik oleh anak ini
"Hai tan" jawab tere simple lalu mencoba mencari kesibukan sama bundanya.
---
"Ayahhhhh... buruan tara sudah telat ayahhhh.. ini hari senin waktunya berupacara" teriak anak laki laki ini sambil mengikat tali sepatunya, dengan cepat morgan menarik dasinya dan menyambar tas kerjanya.
Tanpa kata, tanpa senyum, ia pun memberi aba aba terhadap putranya agar segera masuk ke mobil.
Dimobil tak ada percakapan antar keduanya,
"Hati hati" hanya kalimat itu yg bisa morgan sematkan saat melihat putranya keluar dari mobil tanpa sepatah katapun.
MorganWinata-
Aneh rasanya, benar benar aneh..
Akupun bingung kenapa kondisi keluarga ku tak seutuh dulu? Semuanya hanya berupa wujud tak berjiwa.. wujud mereka ada tapi aku sama sekali tak merasakan kehangatan dalam keberadaan mereka.
Akupun tak bisa mencairkan keheningan saat kita tengah kumpul, mereka semua sibuk masing masing.
Aku yg jenuh pun memilih beralih ke clara, assistan ku yg perfect. Christy berubah, dia lupa akan diriku yg ia fikirkan hanya tere, tere, dan tere. Sejak ia tau tere mengidap penyakit yg sedikit serius ia semakin over dengan tere. Akupun jenuh di rumah, belum lagi tarra yg belakangan ini sering banget buat masalah dengan siapa pun baik aku, christy maupun orang lain. Semuanya berubah seketika~
Tarra tak semanis dulu, tara tak se tunduk dulu. Sekarang ia lebih dari sekedar berontak.. ia sedikit liar dan frontal..
"Bundaaa.. kenapa ayah gak jemput kita?" Katanya saat berada di tengah perjalanan pulang
"Ayah sibuk"
"Kenapa ayah sibuk bun?"
"Karna ayah punya pekerjaan"
"Kenapa ayah harus kerja?"
"Hmm.. ntah lah nak, beristirahat lah selagi perjalanan masih jauh" ucap christy, tere yg mendengar itupun mengangguk lalu mempererat pelukan bersama bundanya
"Assallamualaikum"
"Den kok tumben pulangnya cepet? Oh ya tere sama bunda sudah pulang loh. Ada dikamar non tere kayaknya" sambut bi jum
"Oh" jawab tara yg langsung beralih
"Bi nanti tolong kasih ini ke bunda ya" tara menyerahkan selembar surat.
Tara mendengar beberapa ketukan keras pada pintu kamarnya, dengan segan ia membukanya, mendapati wajah ayahnya yg kini sudah memerah.
"Apa maksud surat ini?" Tanya morgan yg mengangkat suratnya
"Apa ayah gak bisa baca? Itu surat panggilan untuk orang tua ku karna aku telah berkelahi di sekolah pagi tadi"
"Bagussss.. mau jadi apa kamu berkelahi.. jagoan? Iya? Ini surat ke dua yg ayah terima.. kenapa kamu gak pernah mau belajar dari kesalahan?" Pekik morgan dengan suara yg meninggi
"Disitu hanya tertera ayah mau datang atau tidak! Gak ada yg lain kan yah? Luangkan waktu ayah sebentar aja bisa gak sih?" Jawabnya yg membuat morgan semakin emosi
"Apa maksud kamu hah?"
"Tara cuma minta ayah ngeluangin waktu buat tara sebentarrrrrr aja, bukan buat si cewek murahan itu" ucapnya karna sudah terlalu muak mendapati clara yg sering datang kerumah waktu christy dirumah sakit.
"Siapa? Jaga omongan kamu anak kecil! Masih kecil sudah gak sopan.. ayah nyekolahin kamu biar beretika.. " morgan kini menarik kerah anaknya sendiri
"Tapi aku gak pernah sudi beretika di depan ayah!!"
PLAKSSSSS
"Morgan.... kamu gila!!!!!!" Tiba tiba saja christy datang langsung mendekap tara yg menangis.
"Lihat ini.. lihat ini christyyy.. ini anak kamu! Anak yg selalu kamu bela!! Aku gak pernah punya anak yg seperti ini" ujar morgan sambil menunjuk nunjuk ke arah tara
"Terserahhhh.. tapi emang kamu udah benar benar gila!" Christy langsung mengajak tara pergi dari ruangan itu dan menuju kamar tere.
Dikamar tere tak ada percakapan antara mereka, hanya ada suara alat oksigennya tere yg sekarang sudah melekat di hidungnya, katanya dia sesak tadi.
Christy yg tidur di samping tere sambil memainkan rambutnya pun tak berniat memecahkan keheningan. Tara juga, dia sibuk memainkan jarinya di pinggir kasur.
"Bun tere mau susu" pintanya, sedetik kemudian kembali memasang oksigennya, christy hanya mengangguk
"Tara mau bunda buatin susu juga?" Tanya christy
"Enggak. Tara sudah besar" tolaknya mentah mentah..
Inilah.. tak ada lagi yg bermanja manja dengan christy kecuali tere, yg lain tak lagi di isi dengan kehangatan.
***
Keesokan sorenya morgan kembali pulang membawa si cantik clara, tara yg melihat itu segera membanting pintu kamarnya hingga terdengar sampai ke telinga mereka.
"Bunda cepatlah pulang.. lihatlah apa yg mereka lakukan, sesungguhnya akupun telah muak atas semua ini" doanya sambil menatap foto keluarganya yg dulu tersenyum penuh. Christy tengah kerumah sakit, rutin mengecek kondisitere yg sakit sakitan, sama persis dengan dirinya.
"Ayahhhh" teriak tere ygbaru saja masuk dan melihat sosok ayah. Ah alhamdulillah bunda sudah pulang, tara pun memperhatikan mereka semua dari atas
"Hi chris apa kabar?"
"Ahmm oh ada clara" christy tak merespon percakapanny lalu cipika cipiki
"Bunda bodoh!! Jelas jelas ayah sedang selingkuh" geram tara yg tengah memperhatikan mereka.
21.30
Morgan menghampiri christy yg untuk kali ini berada di kamar mereka dulu, ia duduk di samping christy yg bertengger di tepi ranjang.
"Gimana kondisi tere?" Tanya morgan memecah keheningan.
"Seperti yg kamu lihat tadi, dia masih sering mengeluh dadanya sakit" jelas christy
"Aku sudah suruh bawahan aku untuk mencarikan pendonor untuk tere" jelas morgan
"Apa dia sudah pulang?" Tanya balik christy
"Dia siapa?" Morgan
"Clara, pacarmu"
"Oh dia sudah pulang dan dia bukan pacarku" kata morgan
"Ohmm" christy langsung berlalu, beranjak dari kasur. Morgan menahannya.
"Mau kemana?"
"Tidur dikamar tere" jawab christy datar
"Hmm sudahlah, aku sudah titip dia sama bibi.. kali ini aja aku mau kamu tidur sama aku" morgan
"Kamu gila! Dia bisa nangis sehari semalam kalau dia tau gak ada aku di sampingnya"
"Sudahlah christy gak usah over.. yg kamu punya itu bukan hanya tere tapi masih ada aku dan tara.. kamu lupa akan semuanya, ayolahh" bujuk morgan menarik tangan christy lembut untuk tidur diranjang milik mereka berdua, christy yg mati gaya hanya bisa menuruti morgan.
---
Pagi ini menyapa dengan guyuran hujan yg sangat lebat, weekend ini tidak mereka isi dengan kegiatan apapun. Hanya sibuk berselimutdi kamar masing masing, hanya christy yg tidak bermalas malasan. Dia sedang sibuk dengan tere yg menangis, entah karna apa.
"Kenapa si nak? Bunda kan udah sama kamu" christy kewalahan sambil menggendong putrinya
"Huaa tere sebal.. bunda ndak bobok sama tere semalam. Iyakan?" Benar saja apa kata christy tere bisa menangis sehari semalam bila mendapati dirinya yg tak ada di samping tere.
"Kan bunda udah sama tere sekarang, yuk yuk kita bangunin abang sama ayah buat sarapan. Mauk kan kita sarapan bareng mereka?" Bujuk christy yg terus melangkah menuju lantai atas.
Tere hanya bersandar di pundak christy sambil terus menangis terssedu sedu.
Keesokan sorenya morgan kembali pulang membawa si cantik clara, tara yg melihat itu segera membanting pintu kamarnya hingga terdengar sampai ke telinga mereka.
"Bunda cepatlah pulang.. lihatlah apa yg mereka lakukan, sesungguhnya akupun telah muak atas semua ini" doanya sambil menatap foto keluarganya yg dulu tersenyum penuh. Christy tengah kerumah sakit, rutin mengecek kondisitere yg sakit sakitan, sama persis dengan dirinya.
"Ayahhhh" teriak tere ygbaru saja masuk dan melihat sosok ayah. Ah alhamdulillah bunda sudah pulang, tara pun memperhatikan mereka semua dari atas
"Hi chris apa kabar?"
"Ahmm oh ada clara" christy tak merespon percakapanny lalu cipika cipiki
"Bunda bodoh!! Jelas jelas ayah sedang selingkuh" geram tara yg tengah memperhatikan mereka.
21.30
Morgan menghampiri christy yg untuk kali ini berada di kamar mereka dulu, ia duduk di samping christy yg bertengger di tepi ranjang.
"Gimana kondisi tere?" Tanya morgan memecah keheningan.
"Seperti yg kamu lihat tadi, dia masih sering mengeluh dadanya sakit" jelas christy
"Aku sudah suruh bawahan aku untuk mencarikan pendonor untuk tere" jelas morgan
"Apa dia sudah pulang?" Tanya balik christy
"Dia siapa?" Morgan
"Clara, pacarmu"
"Oh dia sudah pulang dan dia bukan pacarku" kata morgan
"Ohmm" christy langsung berlalu, beranjak dari kasur. Morgan menahannya.
"Mau kemana?"
"Tidur dikamar tere" jawab christy datar
"Hmm sudahlah, aku sudah titip dia sama bibi.. kali ini aja aku mau kamu tidur sama aku" morgan
"Kamu gila! Dia bisa nangis sehari semalam kalau dia tau gak ada aku di sampingnya"
"Sudahlah christy gak usah over.. yg kamu punya itu bukan hanya tere tapi masih ada aku dan tara.. kamu lupa akan semuanya, ayolahh" bujuk morgan menarik tangan christy lembut untuk tidur diranjang milik mereka berdua, christy yg mati gaya hanya bisa menuruti morgan.
---
Pagi ini menyapa dengan guyuran hujan yg sangat lebat, weekend ini tidak mereka isi dengan kegiatan apapun. Hanya sibuk berselimutdi kamar masing masing, hanya christy yg tidak bermalas malasan. Dia sedang sibuk dengan tere yg menangis, entah karna apa.
"Kenapa si nak? Bunda kan udah sama kamu" christy kewalahan sambil menggendong putrinya
"Huaa tere sebal.. bunda ndak bobok sama tere semalam. Iyakan?" Benar saja apa kata christy tere bisa menangis sehari semalam bila mendapati dirinya yg tak ada di samping tere.
"Kan bunda udah sama tere sekarang, yuk yuk kita bangunin abang sama ayah buat sarapan. Mauk kan kita sarapan bareng mereka?" Bujuk christy yg terus melangkah menuju lantai atas.
Tere hanya bersandar di pundak christy sambil terus menangis terssedu sedu.
"Ayahhh.. bangun yuk kita sarapan bareng, bunda sama tere tunggu dibawah ya.. ayuk cepat cuci muka" christy menepuk nepuk pipi morgan
"Hemmmm" jawab morgan sambil ngulet
"Abanggg.. sudah pagi ayuk bangun" usik christy
"Weekend bun" jawab tara malas malasan
"Justru selagi weekend, kapan lagi kan sarapan bareng.. ayo sayang bangun" tara yg mendengar itupun langsung sumringah.
Bimantarra-
Ku kira semuanya beda, ku kira semuanya berubah dan aku kira semuanya akan kembali seperti dulu, tapi apa nyatanya..
Lihatlah ayah yg tetap sibuk dengan gadgetnya sambil terus memakan roti buatan bunda.
Lihat juga bunda, yg lagi lagi sibuk dengan satu orang yaitu tere.. aku benci terhadap bunda yg selalu menganak emaskan tere, aku juga benci terhadap tere yg selalu bermanja manja dengan bunda, aku benci melihat ayah dan bunda yg hobi bertengkar, aku juga benci terhadap ayah yg selalu membawa masuk perempuan mana saja saat bunda tak ada.. aku benci semuanya, aku muak pada apa yg ada di hidupku.. Ayah, Bunda dan Tere.
"Kenapa gak dimakan? Apa bunda salah mengoleskan selai?" Tanya bunda yg sukses membuyarkan lamnan ku. Peduli apa bunda atas apa yg aku makan? Bukannya selama ini ia hanya peduli dengan tere?
"Hey.. bimantarra.. are you okey?" Lagi lagi bunda berusaha memastikan.
"Tara baik baik aja bun" jawab ku datar sambil memakan roti buatan bunda, lalu bunda kembali sibuk dengan tere yg ada di pangkuannya.
"Sore nanti aku izin berenang ditengah hujan ya bun" aku menoleh sebentar dari layar psp ku. Menatap bunda yg tengah memeluk tere di sova kananku
"untuk apa berenang di tengah hujan? Hm boleh tapi jangan lama lama" jawab bunda yg terhenti saat adegan mengelitiki tere
"Mau buang sial" ujar ku asal, bunda hanya menatap aneh ke arah ku lalu kembali bermain dengan tere. Pyuhhh -,-
"Bun nanti dedek ikut abang berenang ya bun," aku mendengar tere sedikit merengek
"No..no..no.. anak bunda yg satu ini gak boleh berenang apalagi hujan, huft nanti bunda sedih kalau liat tere sakit" dengarlah perkataan bunda ini, aku dianggap apa olehnya? Tak dilarang sedikitpun. Aku juga tak tau apa yg terjadi pada diri tere hingga bunda tak akan membiarkan tere sakit sedikitpun, sampai sampai harus rutin ke dokter untuk memeriksa keadaan terre.
"Bun.. dingin ya" keluh tere yg masih di pangkuan christy
"Dingin sayang? Kan udah pakai baju sama celana panjang, pakai kaus kaki juga.. masih dingin?" Tanya christy yg sibuk memegang tubuh anaknya memastikan bahwa anaknya baik baik saja.
"Tapi tere kedinginan bun"
"Oh gitu, yaudah bunda ambilin selimut dulu ya" christy segera meninggalkan tere menuju kamarnya.
Sesudah itu christy cepat cepat menyelimuti tere.
"Bunda buatin susu ya" tawarnya, terepun mengangguk.
"Ada yg mau bunda buatin hot coklat?" Pertanyaan christy di acuhkan
"Helowwwww.. ayah, abang. Bunda lagi ngomong sama kalian, mau hot coklat atau enggak" christy menaikan tinggi badannya, oh bukan bukan coret yg terakhir -,-yg jelas intonasi suaranya.
Morgan dan tara menoleh bersamaan.
"Boleh" jawab mereka secara bersamaan juga, keluarga yg kompak.
"Aku kira lagi lagi bunda nawarin tere" celetuk tara asal sambil menoleh sinis ke arah tere, christy tak mendengar karna dia sudah di dapur.
Tok.. tok.. tokk
Suara ketukan pintu semakin kecang dan cepat.
Siapa yg hujan hujan begini mengetuk pintu? Anak kampung mana juga yg jaman sekarang masih ketok ketok pintu rumah.. jelas jelas di samping pintu terpampang jelas bacaan BELL.
Clara masuk dengan morgan di sampingnya, pantas saja ia berlari lari macam anak kecil saat mendengar ketukan pintu.
ChristySaura-
Cuaca tidak mendukung akhir akhir ini, aku semakin takut anak anak ku sakit. Aku berniat membuatkan coklat panas untuk keluarga ku, agar sedikit merasa hangat dan menghangatkan keluarga ku yg akhir akhir ini menjadi dingin.
Aku mendengar anak anak ku tertawa lepas, ntah karna apa? Akhir akhir ini aku jarang mendengar tara dan tere tertawa bersama, sepertinya ada tamu, tapi siapa?..
Pranggg..
Ntah kenapa nampan yg ku genggam sedari tadi terlepas dari genggaman ku melihat pemandangan ini.. melihat semua yg gak pernah aku dapat belakangan ini.
Mereka menoleh, menatap aneh ke arahku.. seakan mereka marah terhadapku yg mengganggu kerukunan mereka. Kulihat tara yg berada di pangkuan morgan serta tere yg asik duduk di pangkuan clara, mereka semua tertawa lepas atas apa yg ada di tangan clara sebuah ipad yg ntah milik siapa.
Selang beberapa detik kemudian, aku memutuskan melarikan diri ke atas mengakhiri pandangan yg membuatku muak ini. Bendungan air mataku tumpah, aku tak kuat menahannya lagi. Aku hanya bisa terisak di balik kedua telapak tangan ku. Tanpa ada yg memperdulikan hatiku yg sudah hancur ini..
Morgan dengan sigap mengambil langkah seribu untuk mengejar christy dengan sejuta tanda tanya besar atas apa yg christy lakukan.
"Ka..kamu kenapa?" Tanyanya rilih, antara takut dan iba.
"Sayang.. ada apa?" Lagi lagi morgan berusaha memastikan.
"Ada apa? Ada apa kamu bilang? Kamu gak pernah tau.. iya!! Aku sakit morgannn, aku sakitt.. sakit jiwa setelah melihat pemandangan tadi" christy bangkit berjalan menbelakangi morgan
"Taap..tapi.. karna apa?" Morgan mendadak gagap
"Kamu anggap aku apa morgan? Kenapa kamu gak pernah peka sama keadaan.. cukup.. cukup kamu aja yg diaambil.. jangan anak anakku, aku gak kuat.. cukup kamu aja yg dia ambil sampai sampai kamu berubah sederastis ini" christy
"Dia siapa? Clara maksud kamu? Apa? aku berubah, apa kà bar sama kamu! Aku atau kamu? Kamu chris yg berubah" morgan balas berteriak tak kalah heboh
"Iya clara pacarmu, siapa lagi? Aku? Kenapa aku? Kamu morgan.. kamu.. kamu sibuk dengan dunia luarmu. Kamu lupa sama kita aku, tara serta tere."
"Aku sibuk karna aku kerja christy.. kerja.. untuk kamu dan anak anak. Kenapa kamu masih aja seperti anak kecil si chris. Aku capek sama kamu. Jelas jelas kamu yg berubah, kamu acuh sama aku serta tara.. kita berubah juga karna kamu. Kamu yg selalu memberhatikan tere, kamu lupa sama aku dan tara. Itu sebabnya aku semakin muak dengan keadaan rumah"
"Kamu emang dari rumah pamit kerja, tapi aku kan gak tau apa yg kamu lakukan diluar. Kenapa aku, tara berubah justru karna kamu, kamu yg gak pernah perhatiin dia. Dipanggil kesekolahnya aja kamu gak gak mau kan? Asal kamu tau aku over sama tere itu karna dia butuh aku, kamunya aja yg gak pernah mikirin anak anak, iyakan? " Christy semakin menaikan suaranya
"Oh ya? Jadi kamu nuduh aku? Nuduh aku macam macam diluar sana? Tara berubah karna kamu bukan aku, aku bukan gak mau kesekolahnya, tapi aku sudah malas dengan anak itu. Sekarang aku sadar dia itu anak rafa bukan anak ku,untuk apa aku mengurusnya.. dulu juga kamu kan yg kekeh ambil tara. Sekarang gini aja, Apa kabar sama kamu sebagai ibu? Kamu juga gak datangkan ke sekolahnya?"
"Kamu gila, tara itu anak kita bukan anak rafa maupun angel lagi.. dia udah temenin aku selama ini, dia juga udah baik kan sama kamu.. masa kamu benci sama anak sendiri. Walaupun dia bukan darah daging aku maupun kamu tapi dia tetep anak kita.."
"Hemmmm" jawab morgan sambil ngulet
"Abanggg.. sudah pagi ayuk bangun" usik christy
"Weekend bun" jawab tara malas malasan
"Justru selagi weekend, kapan lagi kan sarapan bareng.. ayo sayang bangun" tara yg mendengar itupun langsung sumringah.
Bimantarra-
Ku kira semuanya beda, ku kira semuanya berubah dan aku kira semuanya akan kembali seperti dulu, tapi apa nyatanya..
Lihatlah ayah yg tetap sibuk dengan gadgetnya sambil terus memakan roti buatan bunda.
Lihat juga bunda, yg lagi lagi sibuk dengan satu orang yaitu tere.. aku benci terhadap bunda yg selalu menganak emaskan tere, aku juga benci terhadap tere yg selalu bermanja manja dengan bunda, aku benci melihat ayah dan bunda yg hobi bertengkar, aku juga benci terhadap ayah yg selalu membawa masuk perempuan mana saja saat bunda tak ada.. aku benci semuanya, aku muak pada apa yg ada di hidupku.. Ayah, Bunda dan Tere.
"Kenapa gak dimakan? Apa bunda salah mengoleskan selai?" Tanya bunda yg sukses membuyarkan lamnan ku. Peduli apa bunda atas apa yg aku makan? Bukannya selama ini ia hanya peduli dengan tere?
"Hey.. bimantarra.. are you okey?" Lagi lagi bunda berusaha memastikan.
"Tara baik baik aja bun" jawab ku datar sambil memakan roti buatan bunda, lalu bunda kembali sibuk dengan tere yg ada di pangkuannya.
"Sore nanti aku izin berenang ditengah hujan ya bun" aku menoleh sebentar dari layar psp ku. Menatap bunda yg tengah memeluk tere di sova kananku
"untuk apa berenang di tengah hujan? Hm boleh tapi jangan lama lama" jawab bunda yg terhenti saat adegan mengelitiki tere
"Mau buang sial" ujar ku asal, bunda hanya menatap aneh ke arah ku lalu kembali bermain dengan tere. Pyuhhh -,-
"Bun nanti dedek ikut abang berenang ya bun," aku mendengar tere sedikit merengek
"No..no..no.. anak bunda yg satu ini gak boleh berenang apalagi hujan, huft nanti bunda sedih kalau liat tere sakit" dengarlah perkataan bunda ini, aku dianggap apa olehnya? Tak dilarang sedikitpun. Aku juga tak tau apa yg terjadi pada diri tere hingga bunda tak akan membiarkan tere sakit sedikitpun, sampai sampai harus rutin ke dokter untuk memeriksa keadaan terre.
"Bun.. dingin ya" keluh tere yg masih di pangkuan christy
"Dingin sayang? Kan udah pakai baju sama celana panjang, pakai kaus kaki juga.. masih dingin?" Tanya christy yg sibuk memegang tubuh anaknya memastikan bahwa anaknya baik baik saja.
"Tapi tere kedinginan bun"
"Oh gitu, yaudah bunda ambilin selimut dulu ya" christy segera meninggalkan tere menuju kamarnya.
Sesudah itu christy cepat cepat menyelimuti tere.
"Bunda buatin susu ya" tawarnya, terepun mengangguk.
"Ada yg mau bunda buatin hot coklat?" Pertanyaan christy di acuhkan
"Helowwwww.. ayah, abang. Bunda lagi ngomong sama kalian, mau hot coklat atau enggak" christy menaikan tinggi badannya, oh bukan bukan coret yg terakhir -,-yg jelas intonasi suaranya.
Morgan dan tara menoleh bersamaan.
"Boleh" jawab mereka secara bersamaan juga, keluarga yg kompak.
"Aku kira lagi lagi bunda nawarin tere" celetuk tara asal sambil menoleh sinis ke arah tere, christy tak mendengar karna dia sudah di dapur.
Tok.. tok.. tokk
Suara ketukan pintu semakin kecang dan cepat.
Siapa yg hujan hujan begini mengetuk pintu? Anak kampung mana juga yg jaman sekarang masih ketok ketok pintu rumah.. jelas jelas di samping pintu terpampang jelas bacaan BELL.
Clara masuk dengan morgan di sampingnya, pantas saja ia berlari lari macam anak kecil saat mendengar ketukan pintu.
ChristySaura-
Cuaca tidak mendukung akhir akhir ini, aku semakin takut anak anak ku sakit. Aku berniat membuatkan coklat panas untuk keluarga ku, agar sedikit merasa hangat dan menghangatkan keluarga ku yg akhir akhir ini menjadi dingin.
Aku mendengar anak anak ku tertawa lepas, ntah karna apa? Akhir akhir ini aku jarang mendengar tara dan tere tertawa bersama, sepertinya ada tamu, tapi siapa?..
Pranggg..
Ntah kenapa nampan yg ku genggam sedari tadi terlepas dari genggaman ku melihat pemandangan ini.. melihat semua yg gak pernah aku dapat belakangan ini.
Mereka menoleh, menatap aneh ke arahku.. seakan mereka marah terhadapku yg mengganggu kerukunan mereka. Kulihat tara yg berada di pangkuan morgan serta tere yg asik duduk di pangkuan clara, mereka semua tertawa lepas atas apa yg ada di tangan clara sebuah ipad yg ntah milik siapa.
Selang beberapa detik kemudian, aku memutuskan melarikan diri ke atas mengakhiri pandangan yg membuatku muak ini. Bendungan air mataku tumpah, aku tak kuat menahannya lagi. Aku hanya bisa terisak di balik kedua telapak tangan ku. Tanpa ada yg memperdulikan hatiku yg sudah hancur ini..
Morgan dengan sigap mengambil langkah seribu untuk mengejar christy dengan sejuta tanda tanya besar atas apa yg christy lakukan.
"Ka..kamu kenapa?" Tanyanya rilih, antara takut dan iba.
"Sayang.. ada apa?" Lagi lagi morgan berusaha memastikan.
"Ada apa? Ada apa kamu bilang? Kamu gak pernah tau.. iya!! Aku sakit morgannn, aku sakitt.. sakit jiwa setelah melihat pemandangan tadi" christy bangkit berjalan menbelakangi morgan
"Taap..tapi.. karna apa?" Morgan mendadak gagap
"Kamu anggap aku apa morgan? Kenapa kamu gak pernah peka sama keadaan.. cukup.. cukup kamu aja yg diaambil.. jangan anak anakku, aku gak kuat.. cukup kamu aja yg dia ambil sampai sampai kamu berubah sederastis ini" christy
"Dia siapa? Clara maksud kamu? Apa? aku berubah, apa kà bar sama kamu! Aku atau kamu? Kamu chris yg berubah" morgan balas berteriak tak kalah heboh
"Iya clara pacarmu, siapa lagi? Aku? Kenapa aku? Kamu morgan.. kamu.. kamu sibuk dengan dunia luarmu. Kamu lupa sama kita aku, tara serta tere."
"Aku sibuk karna aku kerja christy.. kerja.. untuk kamu dan anak anak. Kenapa kamu masih aja seperti anak kecil si chris. Aku capek sama kamu. Jelas jelas kamu yg berubah, kamu acuh sama aku serta tara.. kita berubah juga karna kamu. Kamu yg selalu memberhatikan tere, kamu lupa sama aku dan tara. Itu sebabnya aku semakin muak dengan keadaan rumah"
"Kamu emang dari rumah pamit kerja, tapi aku kan gak tau apa yg kamu lakukan diluar. Kenapa aku, tara berubah justru karna kamu, kamu yg gak pernah perhatiin dia. Dipanggil kesekolahnya aja kamu gak gak mau kan? Asal kamu tau aku over sama tere itu karna dia butuh aku, kamunya aja yg gak pernah mikirin anak anak, iyakan? " Christy semakin menaikan suaranya
"Oh ya? Jadi kamu nuduh aku? Nuduh aku macam macam diluar sana? Tara berubah karna kamu bukan aku, aku bukan gak mau kesekolahnya, tapi aku sudah malas dengan anak itu. Sekarang aku sadar dia itu anak rafa bukan anak ku,untuk apa aku mengurusnya.. dulu juga kamu kan yg kekeh ambil tara. Sekarang gini aja, Apa kabar sama kamu sebagai ibu? Kamu juga gak datangkan ke sekolahnya?"
"Kamu gila, tara itu anak kita bukan anak rafa maupun angel lagi.. dia udah temenin aku selama ini, dia juga udah baik kan sama kamu.. masa kamu benci sama anak sendiri. Walaupun dia bukan darah daging aku maupun kamu tapi dia tetep anak kita.."
"Ja..jad..jadi.. tara bukan anak ayah sama bunda?" Belum sempat christy melanjutkan perkataannya. Mereka shock melihat apa yg ada di balik pintu kamarnya, ternyata sedari tadi tara membuntuti morgan saat mengejar christy, ia mendengar semua pertengkaran ini, jadi ia fikir ini cukup jelas atas apa yg ia fikirkan selama ini, ia berlari secepat mungkin.
Tiba tiba saja tere muncul dari tangga menghadang tara.
"Abang.. abangg.. lihat ini tere menang" ucapnya jingkrak jingkrakan sambil menunjukan ipadnya, dengan gusar tara mendorong tere hingga jatuh.
"Abang ?" Tere shock berat
"Abang benci sama adek!!!" Suaranya samar karna tara sudah berlari menuruni tangga, sedetik kemudian christy menghampiri tere yg menangis karna merasa dadanya sesak.. christy dan morgan yg melihat kejadian tadi pun sangat terkejut.
"Ya allah tere, morgan.. morgan cepat kamu kejar tara" christy melihat morgan ragu antara mengejar tara atau menolong tere yg sesak nafas.
"Cepat morgan.. cepattt.. aku gak mau dia kenapa napa.. tere biar aku yg urus" christy dengan cepat menggendong tere memasuki kamarnya sedangkan morgan kini mengejar tara di tengah hujan.
Satu jam berlalu..
Morgan tak kunjung pulang membawa tara, christy mulai cemas atas morgan yg tak kunjung datang. Ia makin cemas karna tere mulai kejang kejang, sebelumnya christy tak pernah melihat tere seperti ini.
"Ibu ini ninumnya" kata clara yg sedari tadi menemani christy dan bi jum, dengan panik christy terus memeluk tubuh tere agar lebih tenang.
"Chris.." tanpa di duga kini morgan ada di ambang pintu dengan tara di bahunya.
"Tere kenapa?" Tanyanya panik lalu menuruni tara dari bahunya
"Tere kejang, ayok cepat bawa dia ke rumah sakit" dengan sigap morgan mengalihkan tangannya untuk menggendong tere, cepat cepat christy membalut tere dengan selimut tebalnya, morgan berlari dengan gusar keluar kamar christy pun membuntutinya dengan terus menarik tangan tara.
Dimobil tanya ada suara gemericik hujan yg sangat deras, morgan pun menerobos hujan dengan laju sedang.
"Morgan cepat... ini mobil kan bukan keong? Kenapa lambat sekali? Gak bisa yah sigap sedikit jadi cowok" christy yg duduk di belakang pun sedari dari hanya bisa mengeluh, mengeluh, dan mengeluh.. morgan tidak menimpali ucapan istrinya
"Morgan... erghhhhh.. kek perempuan ya nyetirnya.. cepat sedikit"
"Bisa gak sih ngebut sedikit? Ayo dong morgan aku gak mau tere kenapa napa.. dia satu satunya yg aku punya" ntah kenapa mobil berhenti, morgan menginjak rem secara mendadak
"Yang bunda punya bukan cuma tere, tapi masih ada aku!!" Keduanya kini angkat bicara. Tara serta morgan.. ntah kenapa tara yg sedari tadi bungkam dan sibuk dengan selimutnya kini angkat bicara. Christy terkejut mendengar penuturan mereka, christy hanya dibutakan dengan ke khawatirannya dengan tere.
"Diam kamu tara!! Kamu gak ngerti, dan kamu gak akan pernah ngerti apa yg bunda rasakan.. "
"Kamu juga morgan!! Ayah macam apa kamu.. tak pernah sedikitpun tergerak untuk mencari pendonor, nyawa tere taruhannya morgan.. tere anak kita.. kalau sampai terjadi apa apa dengan tere aku gak akan pernah maafin diri ku sendiri termaksud kamu!" Omongan christy tak bisa terkontrol. Fikirannya kalut kali ini, tragedi tadi pun tak membuatnya puas untuk mengeluarkan unek uneknya dengan morgan.
"Aku sudah berkali kali bilang, bawahan ku tengah mencari pendonor. Kamu fikir gampang mencari pendonor organ tubuh, kamu fikir segampang membeli kacang rebus,hah?"
"Ayah.. bunda.. stopppp... disaat genting kayak gini kalian masih asik berantem.. lihat tere yah bun.. aku emang bukan anak kalian.. tapi aku peduli dengan kalian" tiba tiba tara mengeluarkan suaranya
"Ta..tara.. kamu anak bunda.. tapi kalian gak pernah ngerti apa yg bunda rasain" christy terisak, menunduk sambil memeluk tere yg sekarang sudah tak sadarkan diri.. morganpun akhirnya melajukan mobilnya.
Selang beberapa menit mobil pun kini sudah terparkir di parkiran rumah sakit, dengan tere yg sekarang sudah berada di UGD.
Setengah jam kemudian..
Dokter keluar mendapati 3 orang yg kini menunduk resah.
"Hmm.. bundanya?" Suara dokter ini membuat christy bangkit, lalu berjalan menuju dokter yg tengah bergeming di depan ruang ugd ini.
"Anak anda sedari tadi memanggil nama ibu, sebaiknya ibu masuk agar kondisi anak ibu semakin membaik" jelas dokter yg bernemtek "surya" ini
"Baik dok, terima kasih sebelumnya" dokter ini hanya tersenyum dan christy pun berlalu memasuki ruangan.
"Bunn.. bundaa" panggil tere sangat terdengar lirih, christy menghampirinya.
"Nda.. hikss" tere terisak entah karna apa
"Ada apa sayang? Sakit ya? Aduhh jangan sedih dong sayang, bunda jadi ikut sedih" christy kini menghapus air mata tere sambil menggenggam tangan mungilnya.
"Bun.. hikss.. abang bun.. abang benci sama tere. Huaaa" tangisannya pecah
"Aduh cup.. cup.. anak bunda yg satu ini gak boleh nangis, abang gak benci sama tere abang hanya lagi emosi karna tadi bunda omelin.. abang pasti gak akan pernah benci tere, tere kan adenya abang" kata christy lirih, tak kuat mendengar penuturan anaknya.
"Chris.. christy.. kita mendapatkan pendonor" teriak morgan seketika saat membuka pintu
"Oh ya? Siapa orangnya?" Christy mendadak sumringah
"Ntahlah kata udin si pendonor merahasiakan namanya, biarlah.. siapapun pendonornya yg jelas dia pasti orang baik dan aku doakan masuk surga"
"Alhamdulillah ya allah" jawab christy sambil sujud syukur. Kini ke khawatirannya terhadap tere tak lagi membludak.
Pagi harinya, christy dan morgan lagi sibuk sibuknya memanjatkan doa untuk tere, operasinya berjalan hari ini, fikir christy lebih cepat semuanya akan lebih baik. Walaupun gak 100% full anaknya di jamin selamat, tapi mereka berusaha tegar.
Christy dan morgan masih sama seperti sebelumnya, jaga jarak-
seharusnya keadaan seperti inilah yg bisa membuat mereka rukun, tapi tak terlintas sedetikpun di fikiran mereka untuk kembali saling memiliki.
"Tara!! Ya allah.. tara morgan, dia masih tidur di ruang rawat tere"
“udah lah chris.. maaaasih aja peduli dengan anak itu”
"kamu jangan gitu dong,, dia kan anak kita juga, yaudah Aku samperin dia dulu ya" dengan gusar christy langsung berlari meninggalkan morgan, morgan hanya menatap aneh langkah gusar christy, lalu diam diam sedikit terkekeh.
"Hihi.. dasar unyil" dengus morgan sambil menatap postur tubuh istrinya dari belakang.
Chtisty kini membuka ruang rawat inap tere, disitu ia merasa iba melihat tara yg sedang tidur di bangku. Inget ya bangku bukan sova, dengan keadaan kepala yg hampir terjatuh.
"Ya ampun.. anak bunda sudah besar ya" keluh christy saat memindahkan tara ke sova sebelahnya.
Dia sedikit menatap wajah teduh tara, persis rafael. Mantan kekasihnya dulu, itu sebabnya morgan paling benci apa
Chtisty kini membuka ruang rawat inap tere, disitu ia merasa iba melihat tara yg sedang tidur di bangku. Inget ya bangku bukan sova, dengan keadaan kepala yg hampir terjatuh.
"Ya ampun.. anak bunda sudah besar ya" keluh christy saat memindahkan tara ke sova sebelahnya.
Dia sedikit menatap wajah teduh tara, persis rafael. Mantan kekasihnya dulu, itu sebabnya morgan paling benci sama apa yg di lakukan tara. Karna dulu pun keadaan yg mendesak makanya morgan menyetujui apa yg christy mau, karna sudah hampir 5 tahun mereka menikah tapi belum memiliki anak, christy pun dulu di vonis tidak dapat mempunyai anak karna rahimnya lemah.
Christy ingat betul bagaimana keadaannya dulu, ia hampir saja gila karna kedapatan 4x keguguran.. kehadiran tara lah yg dulu sedikit memberi warna pada hidup christy.
"Bunda sayangggg banget sama tara" sekilas ia mengecup pipi kanan tara yg sekarang tidur di pangkuannya, tara mengulet.. sepertinya ia terbangun.
"Hm.. bun.. bunda cium tarra?" Ucapnya terdengar sangat dramatis
"Iya.. kenapa tara gak suka yah? Pasti lagi lagi kamu bilang 'tara sudah besar bun' gitu kan?" Dengan cepat tara menggeleng, christy salah betul padahal jelas telas tara amat bahagia bisa kembali mendapatkan kecupan dari christy.
"Tere mana bun?"
"Tere sedang berada di ruang operasi?" Jawab christy
"Ruang operasi? Kenapa bisa bun? Tere sakit apa? Apa semalam tara terlalu kasar mendorong tere?" Wajah tara kini penuh dengan tanda tanya.
" tere sakit sudah lama, dia mempunyai kelainan pada jantungnya..hampir 2 tahun yg lalu.. makanya selama ini bunda selalu bulak balik ke rumah sakit"
"Bun.. kenapa bunda ngak bilang.. tara sudah banyak salah dengan tere, tara mau temui tere" dengan cepat tara bangkit.. christy langsung menahan kepergiannya
" percuma.. tere di dalam ruangan yg tak ada celah sedikitpun untuk melihatnya.. sini sama bunda" christy kembali membujuk tara ke pangkuannya..
Suasana kembali hening...
"Bun.. tara anak siapa?" Seketika tenggorokan christy tercekat, dia shock mendapati pertanyaan anaknya.
"Tara ya anak bunda lah" jawabnya sok tegar
"Enggak bun.. aku dengar sendiri apa yg ayah bilang kemarin" mukanya menonga ke arah christy berharap mendapatkan jawaban yg sebenarnya
"Kamu anak bunda nak" christy langsung memeluk tara dengan erat
"Bunda bohong!"
"Tara memang gak terlahir dari rahim bunda, bahkan mungkin tara bukan darah daging ayah bunda, tapi tara udah lebih dari sekedar anak bunda.. tara teman bunda dulu, mungkin bunda bisa gila kalau dulu gak ada tara.. tara yg selama ini temani bunda"
"Tara anak teman bunda angel dan mantan pacar bunda rafa.. bundamu meninggal dunia saat memperjuangkan tara, kalau ayah tara masih hidup tapi dia sakit sakitan makanya dulu bunda berniat membantu ayah kamu.. tapi sekarang bunda gak tau dimana ayahnya tara berada. Wajahnya persis tara, matamu mirip dengan angel" christy terus menceritakan semuanya ke tara, sampai sampai ia tak berani menatap wajah malang tara.
"Jadi itu sebabnya ayah selalu membenci tara?" Lagi lagi ia bertanya. Christy dengan cepat menggeleng
"Ayah gak pernah benci tara, percaya deh sama bunda.. ayah hanya emosi dengan sikap kamu yg belakangan ini berubah.. bunda juga bingung"
"Hmm.. tapi tara gak yakin,pasti ayah benci tara karna hal lain, tara dengar kemarin ayah sebel sama tara karna tara anak rafael.. mantan pacarnya bunda.. iyakan?" Christy semakin bingung menggapi anaknya.
"CHRISSSS" morgan dengan gusar morgan memasuki ruangan tere, christy kaget tiba tiba saja morgan memeluknya
"Ada apa?" Tanyanya panik tanpa membalas pelukan morgan sedikitpun
"Kamu tau.. siapa pendonor itu?" morgan langsung memegang ke dua pipi christy, dengan exspresi wajah yg tak bisa di ungkapkan dengan kata kata.
"Sayang... pendonornya itu rafa" christy tak kalah heboh menanggapi ucapan morgan
"Apa? Sekarang aku semakin yakin kalo kamu itu rabun ayam? Kamu pasti salah orang gan"
"Enggak.. ini gak bercanda chris, aku lihat sendiri udin lagi jalan sama para suster dan 1pasien yg lagi sekarat, ternyata itu rafael dan kata udin dia pendonornya" morgan menjelaskan dengan penuh niat, air muka christy mendadak berubah
"Ya allah.. rafa.." christy melemas
"Bun... rafa bukannya ayah tara yg barusan bunda ceritain ya? " Christy dan morgan menoleh ke tara, mereka baru ingat bahwa masih ada tara di ruangan itu.
Morgan menatap christy penuh.
"Aku sudah menceritakan semuanya" christy menjawab tatapan morgan.
Dengan penuh rasa iba kini morgan dan christy bersamaan memeluk tara, memperkuat jagoannya yg untuk kali ini terlihat menangis..
5jam kemudian.. #lebay
Mereka tengah teramat sangat resah menunggu dokter yg tak kunjung keluar.
Christy sedari tadi tengah menggigiti kukunya saking resahnya, morgan pun sama tengah berjongkok di pojok sisi bangku christy sambil menutup kedua kupingnya, sedangkan tara tengah termenung meratapi nasibnya.. mereka hanya bisa berdoa dalam hati.
Tetttttttttttttttttt
Tanpa disangka, tanpa di duga,, alat itu kini berbunyi. Alat pendeteksi jantung yg entah namanya apa .-.
Christy bangkit terdiam.. bukan hanya christy tapi morgan serta tara. Lutut lututnya serasa tak lagi sanggup menyangga tubuh mungil christy, dengan cepat morgan menggenggam kedua bahu christy yg kini sudah meluncur menerobos pintu ruang operasi..
"Tere morgan.. tere.." christy menangis terisak di dada bidang morgan di depan ruang operasi yg tak kunjung dibuka..
---
Kini mereka tengah berada di salah satu tempat pemakaman umum, semuanya berdoa dengan khusyu.. semua berbaur dengan kesedihan, dengan penuh rasa tak rela kini tara menyirami segundukan tanah dengan air mawar..
"Tere kenapa?" Tanyanya panik lalu menuruni tara dari bahunya
"Tere kejang, ayok cepat bawa dia ke rumah sakit" dengan sigap morgan mengalihkan tangannya untuk menggendong tere, cepat cepat christy membalut tere dengan selimut tebalnya, morgan berlari dengan gusar keluar kamar christy pun membuntutinya dengan terus menarik tangan tara.
Dimobil tanya ada suara gemericik hujan yg sangat deras, morgan pun menerobos hujan dengan laju sedang.
"Morgan cepat... ini mobil kan bukan keong? Kenapa lambat sekali? Gak bisa yah sigap sedikit jadi cowok" christy yg duduk di belakang pun sedari dari hanya bisa mengeluh, mengeluh, dan mengeluh.. morgan tidak menimpali ucapan istrinya
"Morgan... erghhhhh.. kek perempuan ya nyetirnya.. cepat sedikit"
"Bisa gak sih ngebut sedikit? Ayo dong morgan aku gak mau tere kenapa napa.. dia satu satunya yg aku punya" ntah kenapa mobil berhenti, morgan menginjak rem secara mendadak
"Yang bunda punya bukan cuma tere, tapi masih ada aku!!" Keduanya kini angkat bicara. Tara serta morgan.. ntah kenapa tara yg sedari tadi bungkam dan sibuk dengan selimutnya kini angkat bicara. Christy terkejut mendengar penuturan mereka, christy hanya dibutakan dengan ke khawatirannya dengan tere.
"Diam kamu tara!! Kamu gak ngerti, dan kamu gak akan pernah ngerti apa yg bunda rasakan.. "
"Kamu juga morgan!! Ayah macam apa kamu.. tak pernah sedikitpun tergerak untuk mencari pendonor, nyawa tere taruhannya morgan.. tere anak kita.. kalau sampai terjadi apa apa dengan tere aku gak akan pernah maafin diri ku sendiri termaksud kamu!" Omongan christy tak bisa terkontrol. Fikirannya kalut kali ini, tragedi tadi pun tak membuatnya puas untuk mengeluarkan unek uneknya dengan morgan.
"Aku sudah berkali kali bilang, bawahan ku tengah mencari pendonor. Kamu fikir gampang mencari pendonor organ tubuh, kamu fikir segampang membeli kacang rebus,hah?"
"Ayah.. bunda.. stopppp... disaat genting kayak gini kalian masih asik berantem.. lihat tere yah bun.. aku emang bukan anak kalian.. tapi aku peduli dengan kalian" tiba tiba tara mengeluarkan suaranya
"Ta..tara.. kamu anak bunda.. tapi kalian gak pernah ngerti apa yg bunda rasain" christy terisak, menunduk sambil memeluk tere yg sekarang sudah tak sadarkan diri.. morganpun akhirnya melajukan mobilnya.
Selang beberapa menit mobil pun kini sudah terparkir di parkiran rumah sakit, dengan tere yg sekarang sudah berada di UGD.
Setengah jam kemudian..
Dokter keluar mendapati 3 orang yg kini menunduk resah.
"Hmm.. bundanya?" Suara dokter ini membuat christy bangkit, lalu berjalan menuju dokter yg tengah bergeming di depan ruang ugd ini.
"Anak anda sedari tadi memanggil nama ibu, sebaiknya ibu masuk agar kondisi anak ibu semakin membaik" jelas dokter yg bernemtek "surya" ini
"Baik dok, terima kasih sebelumnya" dokter ini hanya tersenyum dan christy pun berlalu memasuki ruangan.
"Bunn.. bundaa" panggil tere sangat terdengar lirih, christy menghampirinya.
"Nda.. hikss" tere terisak entah karna apa
"Ada apa sayang? Sakit ya? Aduhh jangan sedih dong sayang, bunda jadi ikut sedih" christy kini menghapus air mata tere sambil menggenggam tangan mungilnya.
"Bun.. hikss.. abang bun.. abang benci sama tere. Huaaa" tangisannya pecah
"Aduh cup.. cup.. anak bunda yg satu ini gak boleh nangis, abang gak benci sama tere abang hanya lagi emosi karna tadi bunda omelin.. abang pasti gak akan pernah benci tere, tere kan adenya abang" kata christy lirih, tak kuat mendengar penuturan anaknya.
"Chris.. christy.. kita mendapatkan pendonor" teriak morgan seketika saat membuka pintu
"Oh ya? Siapa orangnya?" Christy mendadak sumringah
"Ntahlah kata udin si pendonor merahasiakan namanya, biarlah.. siapapun pendonornya yg jelas dia pasti orang baik dan aku doakan masuk surga"
"Alhamdulillah ya allah" jawab christy sambil sujud syukur. Kini ke khawatirannya terhadap tere tak lagi membludak.
Pagi harinya, christy dan morgan lagi sibuk sibuknya memanjatkan doa untuk tere, operasinya berjalan hari ini, fikir christy lebih cepat semuanya akan lebih baik. Walaupun gak 100% full anaknya di jamin selamat, tapi mereka berusaha tegar.
Christy dan morgan masih sama seperti sebelumnya, jaga jarak-
seharusnya keadaan seperti inilah yg bisa membuat mereka rukun, tapi tak terlintas sedetikpun di fikiran mereka untuk kembali saling memiliki.
"Tara!! Ya allah.. tara morgan, dia masih tidur di ruang rawat tere"
“udah lah chris.. maaaasih aja peduli dengan anak itu”
"kamu jangan gitu dong,, dia kan anak kita juga, yaudah Aku samperin dia dulu ya" dengan gusar christy langsung berlari meninggalkan morgan, morgan hanya menatap aneh langkah gusar christy, lalu diam diam sedikit terkekeh.
"Hihi.. dasar unyil" dengus morgan sambil menatap postur tubuh istrinya dari belakang.
Chtisty kini membuka ruang rawat inap tere, disitu ia merasa iba melihat tara yg sedang tidur di bangku. Inget ya bangku bukan sova, dengan keadaan kepala yg hampir terjatuh.
"Ya ampun.. anak bunda sudah besar ya" keluh christy saat memindahkan tara ke sova sebelahnya.
Dia sedikit menatap wajah teduh tara, persis rafael. Mantan kekasihnya dulu, itu sebabnya morgan paling benci apa
Chtisty kini membuka ruang rawat inap tere, disitu ia merasa iba melihat tara yg sedang tidur di bangku. Inget ya bangku bukan sova, dengan keadaan kepala yg hampir terjatuh.
"Ya ampun.. anak bunda sudah besar ya" keluh christy saat memindahkan tara ke sova sebelahnya.
Dia sedikit menatap wajah teduh tara, persis rafael. Mantan kekasihnya dulu, itu sebabnya morgan paling benci sama apa yg di lakukan tara. Karna dulu pun keadaan yg mendesak makanya morgan menyetujui apa yg christy mau, karna sudah hampir 5 tahun mereka menikah tapi belum memiliki anak, christy pun dulu di vonis tidak dapat mempunyai anak karna rahimnya lemah.
Christy ingat betul bagaimana keadaannya dulu, ia hampir saja gila karna kedapatan 4x keguguran.. kehadiran tara lah yg dulu sedikit memberi warna pada hidup christy.
"Bunda sayangggg banget sama tara" sekilas ia mengecup pipi kanan tara yg sekarang tidur di pangkuannya, tara mengulet.. sepertinya ia terbangun.
"Hm.. bun.. bunda cium tarra?" Ucapnya terdengar sangat dramatis
"Iya.. kenapa tara gak suka yah? Pasti lagi lagi kamu bilang 'tara sudah besar bun' gitu kan?" Dengan cepat tara menggeleng, christy salah betul padahal jelas telas tara amat bahagia bisa kembali mendapatkan kecupan dari christy.
"Tere mana bun?"
"Tere sedang berada di ruang operasi?" Jawab christy
"Ruang operasi? Kenapa bisa bun? Tere sakit apa? Apa semalam tara terlalu kasar mendorong tere?" Wajah tara kini penuh dengan tanda tanya.
" tere sakit sudah lama, dia mempunyai kelainan pada jantungnya..hampir 2 tahun yg lalu.. makanya selama ini bunda selalu bulak balik ke rumah sakit"
"Bun.. kenapa bunda ngak bilang.. tara sudah banyak salah dengan tere, tara mau temui tere" dengan cepat tara bangkit.. christy langsung menahan kepergiannya
" percuma.. tere di dalam ruangan yg tak ada celah sedikitpun untuk melihatnya.. sini sama bunda" christy kembali membujuk tara ke pangkuannya..
Suasana kembali hening...
"Bun.. tara anak siapa?" Seketika tenggorokan christy tercekat, dia shock mendapati pertanyaan anaknya.
"Tara ya anak bunda lah" jawabnya sok tegar
"Enggak bun.. aku dengar sendiri apa yg ayah bilang kemarin" mukanya menonga ke arah christy berharap mendapatkan jawaban yg sebenarnya
"Kamu anak bunda nak" christy langsung memeluk tara dengan erat
"Bunda bohong!"
"Tara memang gak terlahir dari rahim bunda, bahkan mungkin tara bukan darah daging ayah bunda, tapi tara udah lebih dari sekedar anak bunda.. tara teman bunda dulu, mungkin bunda bisa gila kalau dulu gak ada tara.. tara yg selama ini temani bunda"
"Tara anak teman bunda angel dan mantan pacar bunda rafa.. bundamu meninggal dunia saat memperjuangkan tara, kalau ayah tara masih hidup tapi dia sakit sakitan makanya dulu bunda berniat membantu ayah kamu.. tapi sekarang bunda gak tau dimana ayahnya tara berada. Wajahnya persis tara, matamu mirip dengan angel" christy terus menceritakan semuanya ke tara, sampai sampai ia tak berani menatap wajah malang tara.
"Jadi itu sebabnya ayah selalu membenci tara?" Lagi lagi ia bertanya. Christy dengan cepat menggeleng
"Ayah gak pernah benci tara, percaya deh sama bunda.. ayah hanya emosi dengan sikap kamu yg belakangan ini berubah.. bunda juga bingung"
"Hmm.. tapi tara gak yakin,pasti ayah benci tara karna hal lain, tara dengar kemarin ayah sebel sama tara karna tara anak rafael.. mantan pacarnya bunda.. iyakan?" Christy semakin bingung menggapi anaknya.
"CHRISSSS" morgan dengan gusar morgan memasuki ruangan tere, christy kaget tiba tiba saja morgan memeluknya
"Ada apa?" Tanyanya panik tanpa membalas pelukan morgan sedikitpun
"Kamu tau.. siapa pendonor itu?" morgan langsung memegang ke dua pipi christy, dengan exspresi wajah yg tak bisa di ungkapkan dengan kata kata.
"Sayang... pendonornya itu rafa" christy tak kalah heboh menanggapi ucapan morgan
"Apa? Sekarang aku semakin yakin kalo kamu itu rabun ayam? Kamu pasti salah orang gan"
"Enggak.. ini gak bercanda chris, aku lihat sendiri udin lagi jalan sama para suster dan 1pasien yg lagi sekarat, ternyata itu rafael dan kata udin dia pendonornya" morgan menjelaskan dengan penuh niat, air muka christy mendadak berubah
"Ya allah.. rafa.." christy melemas
"Bun... rafa bukannya ayah tara yg barusan bunda ceritain ya? " Christy dan morgan menoleh ke tara, mereka baru ingat bahwa masih ada tara di ruangan itu.
Morgan menatap christy penuh.
"Aku sudah menceritakan semuanya" christy menjawab tatapan morgan.
Dengan penuh rasa iba kini morgan dan christy bersamaan memeluk tara, memperkuat jagoannya yg untuk kali ini terlihat menangis..
5jam kemudian.. #lebay
Mereka tengah teramat sangat resah menunggu dokter yg tak kunjung keluar.
Christy sedari tadi tengah menggigiti kukunya saking resahnya, morgan pun sama tengah berjongkok di pojok sisi bangku christy sambil menutup kedua kupingnya, sedangkan tara tengah termenung meratapi nasibnya.. mereka hanya bisa berdoa dalam hati.
Tetttttttttttttttttt
Tanpa disangka, tanpa di duga,, alat itu kini berbunyi. Alat pendeteksi jantung yg entah namanya apa .-.
Christy bangkit terdiam.. bukan hanya christy tapi morgan serta tara. Lutut lututnya serasa tak lagi sanggup menyangga tubuh mungil christy, dengan cepat morgan menggenggam kedua bahu christy yg kini sudah meluncur menerobos pintu ruang operasi..
"Tere morgan.. tere.." christy menangis terisak di dada bidang morgan di depan ruang operasi yg tak kunjung dibuka..
---
Kini mereka tengah berada di salah satu tempat pemakaman umum, semuanya berdoa dengan khusyu.. semua berbaur dengan kesedihan, dengan penuh rasa tak rela kini tara menyirami segundukan tanah dengan air mawar..
"Bun.. tadi itu kuburan siapa sih?" Ujar si cempreng tere.. nafasnya memang sempat habis waktu itu, tapi tuhan berkehendak lain.. beberapa menit kemudian nafas tere pun kembali, dan lihatlah kini ia sudah menjadi anak yg sehat.
"Itu makam ayahnya abang" tara menunduk, sedangkan tere hanya memasang wajah bingungnya
"Yg jelas itu makam orang yg sangat baik dengan tere, sampai sampai sekarang tere bisa berdegub dengan jantung dari orang itu" jelas christy selaku ibu dari anak anak ini, christy mengusap usap pipi tara yg tengah duduk di jok belakang dengan wajah murungnya, sekilas ia mengulas senyuman..
" gimana kalau hari ini kita berlibur? Cuss ke bandung.." morgan spontan menghebohkan mobil berniat agar semuanya larut dalam kebahagiaan, wajah mereka mendadak berbinar
" bener ya yah.. yeayyyyy" sorak sorai semuanya, kini semuanya kembali, semuanya larut dalam ke bahagian yg selama ini sempat mereka pendam.
TAMAT..
Intinya, jadilah orang yg mau mengakui kesalahan diri sendiri.. jangan pernah menyalahkan orang lain, dan jangan pernah merasa paling benar..
Just for fun
Orang TERgaje
@ZulfaSagita
"Itu makam ayahnya abang" tara menunduk, sedangkan tere hanya memasang wajah bingungnya
"Yg jelas itu makam orang yg sangat baik dengan tere, sampai sampai sekarang tere bisa berdegub dengan jantung dari orang itu" jelas christy selaku ibu dari anak anak ini, christy mengusap usap pipi tara yg tengah duduk di jok belakang dengan wajah murungnya, sekilas ia mengulas senyuman..
" gimana kalau hari ini kita berlibur? Cuss ke bandung.." morgan spontan menghebohkan mobil berniat agar semuanya larut dalam kebahagiaan, wajah mereka mendadak berbinar
" bener ya yah.. yeayyyyy" sorak sorai semuanya, kini semuanya kembali, semuanya larut dalam ke bahagian yg selama ini sempat mereka pendam.
TAMAT..
Intinya, jadilah orang yg mau mengakui kesalahan diri sendiri.. jangan pernah menyalahkan orang lain, dan jangan pernah merasa paling benar..
Just for fun
Orang TERgaje
@ZulfaSagita