Budaya Agama di Sekolah

Baca Juga

Budaya agama di sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah). Allah berfiman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Menurut Glock & Stark (1966) dalam Muhaimin, ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu:
a. Dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui keberadaan doktrin tersebut.
b. Dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
c. Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu.
d. Dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi.
e. Dimensi pengamalan atau konsekuensi. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

Tradisi dan perwujudan ajaran agama memiliki keterkaitan yang erat, karena itu tradisi tidak dapat dipisahkan begitu saja dari masyarakat/lembaga di mana ia dipertahankan, sedangkan masyarakat juga mempunyai hubungan timbal balik, bahkan saling mempengaruhi dengan agama. Untuk itu, menurut Mukti Ali, agama mempengaruhi jalannya masyarakat dan pertumbuhan masyarakat mempengaruhi pemikiran terhadap agama. Dalam kaitan ini, keberagamaan manusia, pada saat yang bersamaan selalu disertai dengan identitas budayanya masing-masing yang berbeda-beda.

Dalam tataran nilai, budaya agama berupa: semangat berkorban (jihad), semangat persaudaraan (ukhuwah), semangat saling menolong (ta’awun) dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya agama berupa: tradisi saling menyapa, gemar membaca Al-Qur’an, relaksasi fisik mengikuti kegiatan keagamaan, memiliki ikatan emosional kepada sesama, dan sholat yang dapat meningkatkan spiritualisasi (membangun kestabilan mental), dan perilaku yang mulia lainnya.

Dengan demikian, budaya agama di sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya tindakan dan prilaku yang bersumber dari nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam bertingkah laku dan berbudaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.
Oleh karena itu, untuk mengembangkan budaya agama di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pembiasaan senyum dan salam, penambahan pembelajaran seni baca Al-Qur’an, gemar mememperingati hari-hari besar Islam (PHBI), melaksanakan kegiatan keagamaan melalui badan da’wah Islam di sekolah, serta melaksanakan tradisi dan perilaku warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religion culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai keagamaan dalam rangka mewujudkan budaya agama sekolah dihadapkan pada berbagai tantangan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagaman siswa, baik dari sisi keyakinan beragama maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu, setiap siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda.


Rujukan:
1. Moh. Yunus, ”Pluralitas Agama dan Kekerasan Kolektif, Perspektif Sosiolagi Agama”, Dalam majalah el-Harakah STAIN Malang, Edisi April – Juni 2000, 26.
2. A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial :Mendidik Anak Sukses Masa Depan : Pandai dan Bermanfaat, (Semarang: Aneka Ilmu, 2002), 8-14.
3. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya: 2004), 293- 294
4. Mohammad Sholeh, Terapi Sholat Tahajud, (Hikmah Populer: Jakarta, 2007), 14


Dipublikasikan Oleh:
Siti Muawanatul Hasanah, M.Pd

Pendidik di Malang

Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
close

UNTUK SAAT INI, ARTIKEL BLOG AKAN DITUTUPI. SEGERA KELUAR/CLOSE TAB INI ATAU TEKAN DISINI. JIKA ANDA TETAP INGIN MEMBUKA ARTIKEL INI, SILAHKAN TEKAN TOMBOL CLOSE. DENGAN ANDA MEMBUKA ARTIKEL KEMBALI, TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA MILIK ANDA, SAYA SUDAH PERINGATI UNTUK MENUTUP TAB INI. TERIMA KASIH. - ADMIN