
Mereka menghentikan ciumannya dan melirik bersama-sama kepadaku. Aku balas memandang tatapan mereka. Kulihat kilatan bola mata mereka memancarkan gairah. Tiba-tiba saja, mereka mencium pipiku dari kanan-kiri. Aku berteriak memprotes perbuatan mereka. Teriakanku nampaknya tenggelam di tengah kegaduhan musik di caf itu. Tamu-tamu lain pun tak ada yang memperhatikan perbuatan kami. Mereka sibuk dengan keasyikannya masing-masing. Kurasakan gerayangan tangan mereka semakin nakal, terutama tangan Mbak Rini yang mulai menarik celana dalamku. Aku tercekat dan tubuhku terlonjak. Saat itulah dengan mudahnya, Mbak Rini memelorotkan celana dalamku hingga turun sampai ke lututku. Aku berteriak Mbak.. apa-apaan?!
Mbak Rini tak berkomentar malah terus menciumi pipiku dan bergeser ke bibirku. Aku benar-benar kelabakan dikeroyok mereka. Mas Rudy tak tinggal diam. Bibirnya menciumi leherku dari samping kiri sementara tangannya yang lain meraba-raba dadaku. Aku ingin menangis rasanya diperlakukan seperti ini di muka umum.
Tetapi harus kuakui, mereka memang benar-benar lihai memperlakukanku. Penuh kelembutan. Tak ada pemaksaan. Hanya aku saja yang tidak berani berontak. Tenagaku sepertinya hilang entah kemana. Tubuhku terasa lunglai. Pengaruh minuman itu semakin terasa menguasai pikiran jernihku. Cumbuan hangat mereka membuat tubuhku serasa terbakar. Aku mulai terbuai, terpesona oleh perasaanku sendiri. Apalagi Mas Rudy tak henti-hentinya membisikan rayuan dan pujian di telingaku.

Menggerayangi buah dadaku yang masih tertutup kutang. Diremasnya dengan lembut. Kurasakan jemari tangannya mengelus-elus kulit bagian atas dadaku yang terbuka untuk kemudian menelusup ke balik kutangku. Tanpa sadar aku melenguh. Aku mulaui terbawa arus permainan mereka. Gairahku kembali muncul setelah cukup lama terpendam sejak perselingkuhanku dengan Kang Hendi beberapa bulan yang lalu. Bergelora penuh gairah. Tubuhku berdenyut-denyut oleh nafsu birahiku sendiri. Darahku berdesir kencang, terlebih saat tangan Mbak Rini mengelus-elus bibir kemaluanku. Kurasakan daerah itu mulai basah. Aku merasakan sesuatu yang lain dari sentuhan tangan Mbak Rini. Sepertinya ia tahu persis titik-titik kenikmatan di daerah itu. Benar-benar indah, sampai-sampai aku tak sadar mengerang lirih sambil memanggil namannya.
Ya sayang.. jawabnya dengan lirih pula. Terdengar nafasnya mulai tersengal-sengal. Ia lalu berbisik padaku untuk mencari tempat yang lebih leluasa dan kemudian disetujui oleh Mas Rudy.

Aku menonton adegan mereka. Pakaian Mbak Rini sudah terlepas semuanya. Dalam hati aku mengagumi keindahan tubuhnya yang sudah telanjang bulat itu. Buah dadanya tak sebear milikku tapi memiliki bentuk yang indah dan nampak lebih membusung karena tubuhnya lebih kecil dibandingkan diriku. Pinggulnya membentuk lekukan sempurna diimbangi oleh buah pantatnya yang bulat penuh. Perutnya rata. Selangkangannya dipenuhi oleh rambut hitam legam yang begitu rimbun. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Aku merasakan keanehan dalam getaran tubuhku saat memandang tubuh Mbak Rini.

Dari balik celana Mas Rudy keluar batang kemaluannya yang sudah kencang dengan ukuran yang luar biasa. Panjang dan besar! Padahal kedua tangan Mbak Rini sudah menggengamnya penuh tapi masih terlihat sisa beberapa senti di atasnya. Panjang sekali! Mbak Rini tersenyum senang seperti anak kecil mendapatkan mainan. Mengocoknya naik turun sambil melambai-lambaikan batang itu ke arahku. Seolah ingin memperlihatkan kepadaku betapa senangnya ia mendapatkan batang kontol sebesar itu.
Baca Juga
Ooohh.. luar biasa.. ngghh.. erangnya merasakan kenikmatan yang diberikan oleh dua orang perempuan cantik nan seksi sekaligus.
Kurasakan perutnya bergetar hebat mengikuti rayapan nakal jemariku. Kupermainkan bulu-bulu lebat di seputar selangkangannya. Aku sengaja tidak meraba batang kontolnya yang tengah dikulum Mbak Rini meski kutahu pasti ia sangat menginginkan sentuhan tanganku pada batangnya. Kudengar ia melenguh memanggil namaku. Ia rupanya tersiksa oleh godaanku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Entah kenapa dalam lubuk hatiku, aku ingin memberinya lebih dari apa yang diberikan Mbak Rini pada Mas Rudy saat itu. Inilah mungkin persaingan di antara wanita yang tak pernah disadari oleh kaumku.
Aku lalu berpindah ke depan mereka diiringi tatapan Mas Rudy yang begitu penasaran dengan apa yang akan kulakukan. Aku ikut berjongkok di belakang Mbak Rini. Kupeluk wanita itu dari belakang. Mbak Rini menoleh sebentar untuk kemudian meneruskan kulumannya. Kudengar ia merintih saat tanganku memeluk buah dadanya. Kuremas dengan lembut sambil memilin putingnya yang sudah mengacung keras. Aksiku tak pernah luput dari pandangan Mas Rudy. Kuciumi punggung Mbak Rini. Sekali-sekali kugigit perlahan. Ia mengaduh. Tapi nampaknya tidak merasa kesakitan malah sebaliknya. Ia terangsang karena kurasakan putingnya semakin mengeras. Tanganku merayap lebih jauh. Turun ke bawah menelusuri permukaan perutnya. Lalu mengelus-elus bulu kemaluannya. Jemariku segera menelusuri garis bibir kemaluannya. Mbak Rini melenguh merasakan permainan jemariku. Ia sudah basah. Jemariku merasakan daerah itu sudah sangat licin sehingga dengan mudah telunjuk jariku melesak ke dalam liangnya. Kutekan perlahan. Jemariku bergerak keluar masuk untuk kemudian menusuk lebih dalam.

Mas Rudy terperangah dengan aksi kami berdua di bawah. Pemandanga dihadapannya semakin membuat Mas Rudy terangsang hebat. Mungkin baru kali ini ia bercinta dengan dua wanita sekaligus dan tak pernah membayangkan akan demikian dahsyat rangsangan yang dirasakannya.
Oh.. kalian berdua sungguh luar biasa.. katanya dengan suara tersengal.
Ayolah kita pindah ke ranjang. Aku sudah tak kuat lagi.. ngghh.. pintanya kemudian.
Kami lalu berpindah ke ranjang. Mas Rudy mengambil posisi telentang, sementara aku berbaring di sampingnya sambil berciuman dengannya. Mbak Rini rupanya belum mau melepaskan kuluman pada kontolnya. Ia masih asyik mengemot-emot batang itu. Kedua tangannya tak pernah berhenti mengocok. Luar biasa pertahanan Mas Rudy. Ia belum memperlihatkan tanda-tanda akan mencapai puncaknya. Padahal Mbak Rini sudah mengeluarkan semua kemampuannya menghisap kontol itu. Ia penasaran sekali.
Bersambung . . .