
Pukul 21.30 semua undangan sudah pulang, kami bersantai dengan saudara-saudara di kamar hotel sambil menceritakan pengalaman-pengalaman lucu di hari yang istimewa ini. Pukul 23.00 semua saudara-saudara pamit ke kamar masing-masing dan memberikan kami kesempatan untuk beristirahat. Sambil menunggu Anita membersihkan diri, aku membuka amplop sumbangan satu-persatu sampai suatu ketika aku memperhatikan ada sebuah kartu nama dengan catatan samar-samar di belakangnya, "Call me: 081-xx-xx". Tentu saja kartu nama tersebut kusimpan secara khusus agar tidak terlihat oleh Anita. Setelah semua amplop sumbangan kukumpulkan, aku menyusul Anita yang sedang mandi dan kami pun mandi bersama.
Dua minggu setelah pesta penikahan kami, aku baru teringat dengan kartu nama yang kuselipkan di dompetku. Dengan rasa penuh penasaran aku pun menghubungi nomor di balik kartu nama tersebut. Setelah beberapa kali nada panggil, panggilanku diterima. Aku mulai bicara,
"Hallo, apakah saya berbicara dengan nona Sandra?".
Suara wanita di seberang sana menjawab dengan lembut,
"Ya, saya sendiri. Siapa ini?"
"Saya Iwan, saya yang menikah 2 minggu lalu dan saya mendapatkan kartu nama anda dengan catatan khusus di belakangnya," godaku.
Sandra tertawa renyah dan tanpa terasa obrolan pun mengalir dengan lancar seolah kami sudah berteman lama. Dari obrolan di telepon selama hampir 30 menit aku pun mengetahui bahwa Sandra adalah wanita yang selalu kuperhatikan secara khusus waktu pesta dulu. Sandra merupakan seorang eksekutif yang bekerja di sebuah perusahaan asing di kota "S" dan dia baru berusia 25 tahun. Perusahaan tempatnya bekerja sering mengadakan promosi di kotaku, dan Sandralah yang ditugaskan untuk hal itu. Kami pun berjanji untuk saling menelepon dan bertemu jika Sandra ditugaskan di kotaku.

Sampai di kamar Sandra melepaskan blazernya sehingga yang terlihat olehku adalah sosok tubuh wanita yang sangat menggiurkan. Sebagai gambaran Sandra tingginya 165 cm dengan berat seimbang. Badannya padat, dengan payudara 36B. Tanpa sadar hal itu membuat batang kemaluanku berdiri seketika. Kami duduk berdampingan di ranjang yang berukuran king size. Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya dan mengambil kesempatan pertama untuk mencium pipinya untuk melihat reaksinya. Ternyata Sandra tidak menunjukkan reaksi menolak dan aku pun mulai berani. Kami berciuman bibir dan aku terkejut karena secara agresif dia mengeluarkan kemampuannya dengan French Kiss. Kami saling memasukkan lidah kami ke mulut masing-masing dan tanganku mulai menjalar ke bagian tubuhnya yang menonjol. Aku meraba payudaranya perlahan-lahan. Diawali satu tangan dan disusul tangan satunya lagi. Sandra mulai mendesah, apalagi setelah tanganku menaikkan rok mininya dan meraba bagian luar kemaluannya. Aku mulai melepaskan pakaiannya dan dengan perlahan mencopot BH hitamnya disusul dengan rok mininya sehingga yang telihat olehku sekarang adalah pemandangan yang sangat luar biasa. Kemolekan seorang wanita yang dianugerahi kulit putih bersih, payudara yang kencang dan montok dengan puting kemerahan.
Lidahku menjelajahi setiap milimeter bagian kemaluannya yang sudah basah. Aku memainkan bagian klitorisnya dengan lembut dengan ujung lidahku yang bergerak membentuk lingkaran. Jari tangan kananku kubasahi dengan air liurku dan kubiarkan bermain di lubang anusnya. Ketika Sandra merasakan orgasme menghampirinya, ia menarik-narik rambutku, mendesah nikmat "Aaahh.." aku pun memasukkan lidahku ke liang kemaluannya, membenamkan ke dalamnya, maju mundur teratur dan ujung hidungku menggosok klitorisnya setiap kali aku memaju mundurkan lidahku. Jari tanganku kumasukkan sedikit ke lubang anusnya. Sampai suatu saat Sandra tidak mampu menahan arus orgasmenya, ia menjerit keras sambil menarik rambutku dan membenamkan wajahku lebih dalam lagi ke liang kemaluannya. "Aaahh, Iwann.. enakk, ahh.."
Aku hanya bisa mendesah nikmat dan tanganku menekan kepalanya untuk memainkan irama. Sandra mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya dan digantikan tangannya yang membuat gerakan naik turun di batang kemaluanku yang basah karena air liurnya sementara kedua kakiku diangkatnya sehingga membentuk huruf V dan ia pun memainkan lidahnya di sekitar lubang anusku. "Aaahh.." aku mendesah keras ketika lidahnya pertama kali menyentuh lubang anusku. Aku belum pernah merasakan rasa nikmat dan geli seperti ini. Setelah itu ia kembali memainkan kemaluanku, lidahnya menjulur mengikuti batang kemaluanku, naik turun berirama, dan turun ke "telur"-ku yang dihisap pelan olehnya. Setelah beberapa saat kami pun berganti posisi, kali ini kami mencoba posisi 69 dengan Sandra di bagian bawahku. Aku membuka bibir kemaluannya dengan jari-jariku dan memainkan lidahku di klitorisnya. Sandra memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya dan membuat gerakan naik turun dengan cepat. Sampai suatu ketika ia mendadak menekan pinggulnya ke wajahku dengan kuat karena orgasmenya kembali. Basah wajahku karena cairan yang keluar dari kemaluannya tak kuhiraukan.

Kami berbaring berpelukan di ranjang hotel tersebut sambil menyalakan rokok. Sandra pun bercerita bahwa ia memang maniak dengan apa yang namanya SEKS. Hubungannya dengan suaminya baik-baik saja. Mereka sudah menikah 5 tahun tetapi belum mempunyai anak karena Sandra masih ingin mengejar karirnya, sedangkan suaminya selalu memaksanya untuk mempunyai anak. Ia bercerita bahwa ia selalu merasa puas berhubungan seks dengan suaminya, hanya saja ia malu untuk berterus terang kepada suaminya bahwa ia sebenarnya ingin frekuensi berhubungan lebih banyak lagi karena takut kalau suaminya menganggapnya maniak. Ia juga bercerita bahwa ia sudah mengetahuiku sejak lama dan menyukaiku karena wajahku seperti mantan pacarnya ketika SMA dulu.
Dua batang rokok sudah habis, aku menggendongnya ke kamar mandi dan menyalakan shower. Kami saling menyabuni tubuh dan memainkan bagian vital masing-masing. Setelah tubuh kami bersih kami tidak segera mengeringkan badan tetapi Sandra berjongkok di depanku dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Ia memaju mundurkan kepalanya sambil tangannya mengocok batang kemaluanku. Aku hanya bisa bersandar ke dinding kamar mandi sambil menikmati hisapannya. Karena batang kemaluanku sudah keras sekali, aku pun mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya ke meja wastafel di kamar mandi. Aku memainkan kepala kemaluanku di bibir kemaluannya, membuat gerakan melingkar perlahan sampai kurasakan kemaluannya basah. Aku memasukkan batang kemaluanku sampai bagian kepala kemaluanku dan memaju-mundurkan pantatku. Sandra yang sudah bernafsu mendesah-desah menyuruhku memasukkan semuanya. Aku mendorong kemaluanku perlahan sampai kurasa sudah masuk seluruhnya dan aku menggerakan pantat maju-mundur makin lama makin cepat. Ketika kurasakan Sandra sudah mendekati puncaknya aku melambatkan gerakan pantatku dan membuat gerakan memutar sehingga batang kemaluanku tertanam lebih dalam di kemaluannya. Sandra menghisap puting susuku dengan kencang, aku memutar-mutar pinggulku lebih cepat sambil kulihat pantulan badan kami yang basah dari kaca di depanku.
Kami mandi sekali lagi dan kali ini benar-benar sampai badan kami kering kembali. Aku pamit untuk pulang ke rumah karena ia harus mempersiapkan acaranya dan kami berjanji untuk bertemu lagi malam sehabis acaranya selesai. Sebenarnya lanjutan cerita ini masih panjang dan berliku. Apakah hubungan kami masih berlanjut? Apakah dari hubungan seks yang panas membara itu Sandra mengalami perubahan dalam tubuhnya? Aku akan meneruskan cerita ini jika para pembaca sekalian menyukainya. Saya tunggu komentar anda sekalian.
Saya mohon maaf apabila tulisan saya kurang teratur karena saya belum pernah menulis sama sekali. Saya menulis ini karena ingin menceritakan pengalaman saya kepada para pembaca sekalian. Terima kasih.
TAMAT