
aku hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika mulut Adolf terus mengisap dan menyedot puting susuku . aku meronta-ronta . Tapi Adolf terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu . Seumur hidupku, belum pernah aku diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini aku harus menyerahkan diriku pada Adolf .
Adolf mencoba mendorong batang kemaluannya masuk ke dalam liang senggamaku yang sempit . Ia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka . Batang kemaluan Adolf akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku . aku menjerit ketika liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adolf yang tegang dan panjang . Betapa perih ketika “kepala meriam” itu terus masuk ke dalam liang kewanitaanku, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki .
aku mencoba memberontak sekuat tenaga lagi . Tapi apa daya, Adolf lebih kuat . Lagipula aku sudah lemas, tenagaku sudah hampir habis . Terpaksa aku hanya dapat menerima dengan pasrah digagahi oleh Adolf . Dan akhirnya, aku merasa tak kuat lagi . Setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi . aku tak sadarkan diri .

“Dicari, gadis berusia 17 sampai 25 tahun . Wajah dan penampilan menarik . Bertubuh ramping . Tinggi minimal 165 cm dengan berat yang sesuai . Dapat bergaya . Berminat untuk menjadi foto model . Peminat diharapkan datang sendiri ke **** (edited) Agency, Jl . Cempaka Putih **** (edited), Jakarta Pusat .”
“aku bisa diterima apa nggak ya?” aku bertanya dalam hati . Memang sih, kupikir-pikir aku memenuhi syarat-syarat yang diminta . Usiaku baru menginjak 20 tahun . Tubuhku ramping dengan tinggi 170 cm, seimbang dengan ukuran dadaku yang di atas rata-rata wanita seusiaku . Wajahku cantik . Teman-temanku bilang aku perpaduan antara Desy Ratnasari dan Maudy Ayunda . Tapi menurutku sih mereka terlalu memujiku berlebih-lebihan .
Ah, coba-coba saja aku melamar . Siapa tahu aku diterima jadi foto model . Kan lumayan buat menambah penghasilan . aku masuk ke dalam rumah, ke kamarku . “Pakai baju apa ya enaknya?” batinku . Ah ini saja . Kukenakan blus biru muda dan celana panjang jeans belel yang cukup ketat yang baru saja beberapa hari yang silam kubeli di Cihampelas, Bandung .
Baca Juga

Gila, hampir semua tempat duduk terisi . Nah, itu dia ada satu yang kosong di sebelah seorang cewek yang cantik sekali, keturunan Indo . Wajahnya mirip Cindy Crawford . Kelihatannya ia sebaya denganku . Tapi astaga, ia memakai baju yang berdada rendah alias “you can see,” dan rok jeans mini yang cukup ketat, sehingga menampakkan pangkal payudaranya yang berukuran cukup besar . Ia nampak memandangku dan tersenyum . Melihatnya aku menjadi minder . Wah, sainganku ini top sekali . Apakah mungkin aku terpilih menjadi foto model di sini? Satu persatu para pelamar dipanggil ke ruang pengetesan, sampai si Indo di sampingku tadi dipanggil juga . Semua pelamar yang sudah dites keluar lewat pintu lain . Akhirnya namaku dipanggil juga .
“Hanny K**** (edited) dipersilakan masuk ke dalam .”
aku pun masuk ke dalam dan disambut oleh seorang pria bertubuh agak gemuk .
“Kenalkan aku Adolf, direktur sekaligus pemilik agensi ini . Siapa nama kamu tadi? Oh ya, Hanny, nama yang bagus, sebagus orangnya . Sekarang giliran kamu dites . Coba kamu berdiri di sana .”
aku pun menurut saja dan menuju tempat yang ditunjuk oleh Adolf, di bawah lampu sorot yang cukup terang dan di depan sebuah kamera foto .
“Coba kamu lihat-lihat contoh-contoh foto ini . Pilih lima gaya di antaranya . aku akan mengetes apakah kamu bisa bergaya . Jangan malu-malu, don’t be shy!” kata Adolf sembari memberiku sebuah album foto . aku melihat foto-foto di dalamnya . Ah ini sih seperti gaya foto model di majalah-majalah! Mudah amat! Lalu aku memilih lima gaya yang menurutku bagus . Setelah itu, jepret sana, jepret sini, lima gaya sudah aku berpose dan dipotret . Tapi Adolf belum mempersilakan aku keluar ruangan . Dia kelihatannya seperti berpikir sejenak .

Kupikir tak apa-apa lah kali ini . Kubuka beberapa kancing atas blusku sehingga terlihat BH yang kupakai . Mata Adolf sekilas berubah saat melihat pangkal payudaraku yang montok . Lalu aku dipotret lagi dengan pose-pose yang sensual .
“Nah, begitu kan yahud . Sekarang coba buka baju kamu semuanya .”
Wah! Ini sih mulai kelewatan!
“Ayolah, jangan malu-malu!”
Sebenarnya dalam hati aku menolak . Akan tetapi biarlah, karena aku sejak kecil selalu mengidam-idamkan ingin menjadi foto model .
Dengan perlahan-lahan kutanggalkan blus dan celana panjangku . Mata Adolf tanpa berkedip memandangi tubuh mulusku yang hanya ditutupi oleh BH dan celana dalam . aku sedikit menggigil kedinginan hanya berpakaian dalam di ruangan yang ber-AC ini . Namun Adolf tidak mengindahkannya . Ia malah menyuruhku menanggalkan busana yang masih tersisa di tubuhku . Ah, gila ini! Tapi cueklah, hanya berdua ini! Lalu dengan membelakangi Adolf, kulepas BH-ku . Kusilangkan tanganku di dada menutupi payudaraku .
“Han, masak kamu balik badan begitu . Bagaimana aku bisa mengetesmu .”
aku membalikkan tubuh menghadap Adolf . Adolf menyuruhku menurunkan tangan yang menutupi payudaraku . Adolf terpana menyaksikan payudaraku yang montok dan berisi dengan puting susunya yang tinggi menantang berwarna kecoklatan segar, tanpa tertutup oleh selembar benang pun . aku menjadi risih pada pandangan matanya . Adolf menyuruhku melepas celana dalamku . Ia semakin melotot melihat bagian kemaluanku yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus yang masih tipis . Sekilas kulihat kemaluan di balik celana panjangnya menegang .

“Kamu beruntung memiliki payudara yang indah seperti ini”, kata Adolf sambil mencolek belahan payudaraku .
“Nah, sudah selesai sekarang .” aku merasa lega . Akhirnya selesailah pelecehan seksual yang terpaksa kuterima ini .
“Jadi saya sudah boleh keluar?” tanyaku .
“Eit! Siapa bilang kamu sudah boleh keluar?! Nanti dulu, manis!”
Wah, kacau! Apa gerangan yang ia inginkan lagi?
“Susan!” Adolf memanggil seseorang .
Seorang gadis cantik keluar dari ruangan lain, telanjang bulat . Ya ampun, ternyata ia adalah cewek Indo yang tadi duduk di sampingku di ruang tunggu . Payudaranya yang montok bergantung indah di dadanya, seimbang dengan pinggulnya yang montok pula . aku bertanya-tanya apa arti dari semua ini.
“Nah, sekarang coba kamu lihat, Hanny . Susan ini adalah satu-satunya pelamar yang berhasil terpilih . Mengapa? Sebab ia cocok dengan profil foto model yang saya inginkan untuk proyek kalender bugil yang akan saya edarkan di luar negeri . Kalo kamu ingin berhasil seperti Susan, kamu harus berani seperti dia, Han”, kata Adolf sambil menunjuk ke arah gadis cantik yang bugil itu . Astaga! Batinku . aku harus dipotret bugil . Bagaimana pandangan orang-orang terhadapku nanti apabila foto-foto telanjangku sampai dilihat orang-orang banyak?! Tapi kan cuma diedarkan di luar negeri?!

Tiba-tiba kurasakan kedua belah payudaraku diremas-remas dengan lebih keras, bahkan lebih kasar . aku meronta-ronta kesakitan . aku menoleh ke belakang . Astaga! Ternyata yang di belakangku sudah bukan Susan lagi, melainkan Adolf yang sekarang tengah mempermainkan payudaraku dengan seenaknya! Entah Susan sudah ke mana perginya .
“Jangan, Pak! Jangan!” aku memberontak-berontak sebisa-bisanya . Tapi semua itu tidak ada hasilnya . Tangan Adolf lebih kuat mendekapku kencang-kencang sampai aku hampir tidak bisa bernafas .
“Kamu memang benar-benar cantik, Hanny”, kata Adolf sambil mencium tengkukku sementara tangannya masih terus merambah kedua bukit yang membusung di dadaku .

aku hampir-hampir tak bisa bernafas lagi ketika mulut Adolf terus mengisap dan menyedot puting susuku . aku meronta-ronta . Tapi Adolf terus mendesak dan melumat puting susuku yang runcing kemerahan itu . Seumur hidupku, belum pernah aku diperlakukan sedemikian lupa oleh lelaki manapun, dan kini aku harus menyerahkan diriku pada Adolf .
Adolf mencoba mendorong batang kemaluannya masuk ke dalam liang senggamaku yang sempit . Ia sudah tak kuat lagi membendung nafsunya yang memuncak ketika batang kemaluannya bergesekan dengan liang kewanitaanku yang merah terbuka . Batang kemaluan Adolf akhirnya menghujam seluruhnya ke dalam liang kenikmatanku . aku menjerit ketika liang kewanitaanku diterobos oleh batang kemaluan Adolf yang tegang dan panjang . Betapa perih ketika “kepala meriam” itu terus masuk ke dalam liang kewanitaanku, yang belum pernah sekalipun merasakan jamahan laki-laki .

Saat aku siuman, aku menyadari diriku masih tergeletak telanjang bulat di sofa dengan cairan-cairan kenikmatan yang ditembakkan dari batang kemaluan Adolf berhamburan di sekujur perut dan dadaku . Sementara kulihat ruangan itu telah kosong . Segera kukenakan pakaianku kembali dan bergegas ke luar ruangan . Kukebut Feroza-ku pulang ke rumah dan bersumpah tak akan pernah kembali lagi ke tempat terkutuk itu!
END.