Cegah Berita Hoaks Demi Suksesnya PILPRES 2019

Baca Juga


PILPRES dan PILEG sudah di depan mata. Di antara keduanya, event yang paling “panas” dan istimewa adalah PILPRES. Berdasarkan pengamatan saya, jika dibandingkan dengan PILPRES lima tahun lampau maka suasana PILPRES kali ini jauh lebih panas. Ini dikarenakan CAPRES yang bertanding kali ini persis sama dengan sebelumnya. Saya yakin jika para CAPRES yang diusung kali ini berbeda maka suasananya takkan sepanas ini. PILPRES kali ini seperti sebuah pertandingan ulang dan dimanapun sebuah pertandingan ulang akan selalu heboh. Saya mengambil contoh pertandingan bola Elclassico antara Real Madrid dan Barcelona meskipun sudah digelar berkali-kali tetapi setiap jelang pertandingan berlangsung, suasana dukung mendukung selalu saja panas. Panasnya PILPRES kali ini terbukti dari trending topic Twitter setiap hari yang jika saya baca selalu berupa tagar yang berkaitan dengan PILPRES ini. Entah itu tagar yang mendukung salah satu calon atau bahkan menjatuhkan calon lainnya. Bahkan saya juga melihat sejumlah media berita online yang awal-awalnya netral kini pelan-pelan satu per satu mulai terpolarisasi ke kubu salah satu CAPRES. Netralitas media yang seharusnya merupakan harga mati tetapi jelang PILPRES mendadak mereka seolah jadi lupa diri.
Pada PILPRES lima tahun lampau istilah berita hoaks belumlah sepopuler sekarang. Yang ada hanyalah debat kusir panjang atau adu fakta dan data di medsos. Akan tetapi dua atau tiga tahun belakangan ini perkembangan berita hoaks semakin cepat dan menggurita terutama di medsos. Maklumlah bisa dikatakan sekarang medsos adalah raja media baru (seperti kata pak Yusuf Kalla) jika dibandingkan TV atau surat kabar yang sudah mulai meredup. Cukup dengan koneksi internet siapa saja tanpa kecuali bisa membuat akun medsos, mendapatkan serta berbagi informasi tanpa batas baik jumlah maupun jangkauannya. Sebuah kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lainnya yang aliran informasinya hanya searah. Orang tidak hanya menjadi penerima dan penikmat tetapi bisa juga menjadi creator.
Dan kini berita hoaks ini juga sudah mulai menyusup kemana-mana jelang PILPRES. Yang pasti berita hoaks ini tidak ada bedanya dengan kuman penyakit. Mereka menyebar dan berkembang biak sangat cepat yang kemudian menjadi wabah. Mereka juga berpotensi menimbulkan perpecahan, pertengkaran, dan bahkan kegaduhan bangsa. Jika kuman hanya menyebabkan sakit secara fisik seperti infeksi atau demam maka berita hoaks ini bisa mengakibatkan penyakit-penyakit mental dan kejiwaan yang jauh lebih sulit penanganannya. Debat-debat kusir panjang nan panas mengenai sebuah topik yang berkaitan dengan CAPRES di medsos yang tak jarang diiringi dengan bully, kata-kata kasar, dan malah SARA seolah sekarang sudah menjadi menu harian di timeline akun medsos saya. Anehnya tak jarang topik yang mereka perdebatkan hanyalah sebuah berita hoaks! Kata bapak saya yang sudah sepuh mereka seperti pepatah Jawa kuno, rebutan balung tanpa sumsum, yang artinya mereka seperti sekawanan anj*ng yang berebut tulang yang sudah tidak ada isinya sama sekali. Mereka tidak mendapatkan apapun selain rasa lelah, marah, dan kecewa. Energi rakyat yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan positif malah habis hanya untuk sesuatu yang sia-sia.
Mengenali berita hoaks PILPRES memang tak mudah. Saya melihat ada kecenderungan berita-berita ini terus menerus mengalami evolusi menjadi semakin canggih sehingga semakin susah dikenali. Bahkan tak jarang dilengkapi dengan infografis, data-data statistik palsu, foto-foto editan, dan juga narasumber tak jelas. Siapapun, tidak hanya masyarakat awam, akan semakin mudah terkecoh dan tidak menyadari bahwa itu adalah hoaks. Di sisi lain seperti kuman, mereka terus berkembang membentuk biotipe atau varian baru yang semakin kebal terhadap antidot.
Sungguh tidak mudah mengatasi berita-berita hoaks yang berkembang pesat di dunia maya. Memerlukan sebuah kerja keras dan komitmen teguh dari semua pihak terutama pemerintah sebagai regulator atau wasitnya. Apa yang dilakukan oleh pemerintah hanyalah sebatas bisa mengurangi perkembangannya tetapi pasti takkan bisa memusnahkannya sampai kapanpun juga. Contoh langkah terakhir yang dilakukan pemerintah adalah meminta provider Whatsapp untuk membatasi forward message hingga hanya maksimal kelima pengguna lainnya. Sebelumnya seorang pengguna Whatsapp bisa mem-forward sebuah pesan kepada pengguna lainnya tanpa batas.
     Nah sebagi pengguna apa saja yang bisa lakukan untuk merebaknya berita hoaks ini:
1. Jangan mudah lekas percaya dengan semua berita atau informasi tentang PILPRES yang kita konsumsi. Penting untuk waspada dan belajar mengenalinya. Jika ragu maka saya akan mencoba mencari topik yang serupa di mesin pencari. Jika ada sejumlah berita berbeda dengan topik yang mirip maka saya menyimpulkan jika ada kemungkinan kemungkinan itu adalah berita hoaks.
2. Jangan memberi komen apalagi ikut menyebarkan berita hoaks. Memberikan komen akan menarik perhatian pengguna lain untuk ikut juga berkomentar. Ini akan memberi berita hoaks oksigen untuk terus bernapas dan hidup. Menyebarkan berita hoaks sama dengan memberikan makanan yang akan membuatnya semakin gemuk dan kuat. Jika ada beberapa teman yang terlalu banyak menyebarkan berita hoaks di Facebook misalnya maka saya akan unfollow walaupun tetap berteman (karena biasanya tipikal orang Indonesia kalau di-unfriend mereka bisa marah).  Jika saya memang berniat mencari berita terbaru PILPRES maka saya lebih suka mencarinya di situs-situs berita online besar dan terkenal. Mereka lebih kecil kemungkinan menebarkan berita hoaks walaupun mungkin saja tidak cukup netral tetapi saya kira ini masih jauh lebih baik. Dengan membaca sebuah topik yang sama di beberapa situs online ini maka saya bisa melihat dari berbagai sudut pandang.
3. Berita hoaks memiliki beberapa ciri khas yang sebenarnya mudah dikenali yaitu cenderung sangat tendensius, provokatif, bombastis, dan sangat menarik perhatian. Ibarat makanan sudah diberikan MSG yang sangat banyak sehingga dari jarak beberapa meter saja kita sudah bisa mencium aromanya “kelezatannya”.  Berita hoaks juga sama sekali tidak mengindahkan perimbangan  pendapat dari dua sisi.
4. Yang terakhir adalah menyaksikan Miss Lambe Hoaks. Ini adalah sebuah program yang diluncurkan oleh Kemenkominfo beberapa waktu belakangan ini di Twitter. Tujuan utamanya adalah meng-counter sejumlah berita hoaks terbaru. Di dalam program ini ditayangkan beberapa hoaks viral terbaru dan tentu saja antidotnya yaitu berita atau fakta sebenarnya.  Acara ini sangat menarik karena saya jadi tahu duduk permasalahan yang sebenarnya.
     PILPRES adalah sebuah proses alami dalam kehidupan berdemokrasi sehingga segala dinamika yang berkembang seharusnya kita sikapi dengan bijaksana. Apa yang telah terjadi pada PILPRES lalu seharusnya menjadi bahan pelajaran agar kita lebih baik ke depan. Jangan sampai kita masih tetap duduk di situ dan tak pernah menjadi dewasa. Yuk cegah penyebaran berita hoaks demi suksesnya PILPRES 2019.
close

UNTUK SAAT INI, ARTIKEL BLOG AKAN DITUTUPI. SEGERA KELUAR/CLOSE TAB INI ATAU TEKAN DISINI. JIKA ANDA TETAP INGIN MEMBUKA ARTIKEL INI, SILAHKAN TEKAN TOMBOL CLOSE. DENGAN ANDA MEMBUKA ARTIKEL KEMBALI, TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA MILIK ANDA, SAYA SUDAH PERINGATI UNTUK MENUTUP TAB INI. TERIMA KASIH. - ADMIN