Baca Juga
Sungguh menarik belakangan ini dengan hadirnya sebuah fenomena menjamurnya agen travel umroh dan haji. Maklumlah siapa sih muslim yang tidak ingin berhaji atau umrah? Yang sudah berhaji saja masih ingin kembali ke tanah suci berkali-kali. Berhaji lebih sekedar menjalankan ibadah tetapi sekaligus juga dapat menaikkan status sosial seseorang. Beberapa waktu lalu saat mengobrol ada satu teman yang menyajikan sebuah cerita menarik. Kisahnya sewaktu dia lupa memanggil nama tetangganya yang seorang haji tanpa embel-embel gelar pak haji di depannya. Akibat insiden itu tetangganya marah dan tersinggung. Begitulah memang kenyataan yang ada di kalangan masyarakat kita sekarang ini. Tidak peduli shalat bolong-bolong, malas zakat, dan malas puasa yang penting harus berhaji! Ibarat anak sekolah yang penting lulus, masa bodoh dengan PR, tugas, ataupun ujian sekolah.
Sayangnya jasa travel dan haji telah dinodai dengan sebuah kasus fenomenal penipuan First Travel dan belakangan Abu Tours. Kalau First travel saya tidak begitu kaget karena pada dasarnya juga tidak begitu mengenal banyak tetapi Abu Tours inilah yang cukup membuat saya tersentak. Pasalnya Abu Tours ini kelihatan dikelola dengan sangat profesional. Pertama kali saya kenal Abu Tours ketika menyelenggarakan lomba blog tahun 2017 lalu yang sempat saya ikuti. Akun-akun medsosnya juga
sangat (atau terlalu?) aktif (sehari bisa beberapa pos) dan kebanyakan pos-posnya berisi tawaran menggiurkan untuk menjadi agen mereka dengan iming-iming yang saya ingat salah satunya adalah gratis umroh (sayang akun IG-nya sudah diprivate sekarang). Mereka juga pernah menyelenggarakan kuis-kuis berhadiah bagi para followernya. Usai lomba blog mereka bahkan masih mengadakan lomba video yang hadiahnya uang Rp 150 juta. Karena saya memang tidak begitu bisa membuat video maka saya kemudian tidak mengikuti lomba ini. Sampai kemudian saya unfollow akun-akun medsos mereka yang menurut saya terlalu banyak iklan dan iming-iming hingga kemudian tahun ini baru saya tahu jika mereka terlibat kasus penipuan.
Lomba blog Abutours 2017 dulu |
Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Abutours ini hanyalah sebuah gunung es. Artinya ada kemungkinan masih banyak “Abutours-Abutours” lain berkeliaran di luar sana. Ini saya curigai juga telah menimpa kedua orang tua saya. Tahun 2012 orang tua saya mendaftar haji dari Surabaya dan semua administrasi yang mengurus adalah adik saya yang tinggal di sana. Alasan mendaftar dari Surabaya katanya supaya lebih cepat berangkat dibandingkan jika mendaftar di kota kecil seperti Jember. Kata adik, dia sudah kenal dengan salah satu pegawai Depag di Surabaya (abah XXXX) yang akan mengurus semua administrasinya hingga berangkat nanti. Setelah mendaftar konon katanya 2016 akan langsung diberangkatkan. Wuih cepet banget, cuma 4 tahun langsung berangkat padahal dengar-dengar bisa belasan tahun menunggu. Waktu orang tua saya tanya lebih jauh ini kategori haji reguler atau plus? Orang tua saya menjawab “Reguler Plus”. Menurut mereka, ini kategori “khusus” dimana waktu berangkatnya bisa lebih cepat dari haji reguler (walau tidak secepat plus) namun dengan ONH lebih kecil dari plus (kalau tidak salah ONH-nya reguler tetapi masih nambah beberapa juta). Mungkin ini haji kategori “paket siluman” kali ya?
Sampai kemudian tibalah tahun 2016 dan hasilnya orang tua tidak jadi berangkat entah dengan alasan apa dan entah diundur sampai kapan lagi juga saya tidak tahu. Yang ganjil lagi adalah semenjak orang tua saya mendaftar seperti ada masalah dengan jasa pemberangkatan haji ini. Ini terbukti dari intensnya orang tua dan adik berkomunikasi lewat telepon. Saya tidak begitu jelas apa yang mereka bicarakan namun saya tahu dari nada dan kalimat-kalimat orang tua bicara seperti memang ada yang tidak beres. Saya tidak berani mengorek lebih jauh karena dikira nanti saya terlalu banyak campur tangan. Bisa ada perang saudara 40 hari 40 malam kalau saya nekad campur tangan. Apapun yang terjadi tentu saya harus percaya dengan saudara sendiri.
Yang menarik lagi adalah sejak saat itu orang tua saya mengalami masalah dengan kredit bank. Sewaktu mereka akan mengambil kredit di sebuah bank di sini, pihak bank mengatakan bahwa orang tua saya tidak bisa mengambil kredit karena setelah dicek di data BI ternyata mereka sudah memiliki kredit di sebuah bank di Surabaya. Padahal secara logika sangat tidak mungkin orang tua mengambil kredit di sebuah bank di Surabaya karena mereka jarang sekali ke Surabaya (paling juga cuma 1-2 tahun sekali) dan itupun biasanya hanya sebentar (2-3 hari). Lagipula orang tua saya juga tidak memiliki KTP Surabaya lantas bagaimana bisa mengambil kredit di sana? Selain itu anehnya mengapa orang tua capek-capek cari kredit ke Surabaya? Di sini ada banyak sekali bank yang mau kasih kredit dan orang tua saya juga sudah punya track record yang bagus di bank langganannya selama ini. Akhirnya pihak bank di sini membuatkan surat pernyataan jika memang orang tua tidak memiliki kredit di bank lain dan memintanya untuk menandatanganinya. Saya tahu data di BI kecil kemungkinan keliru jadi saya yakin entah bagaimana data orang tua saya telah disalahgunakan atau mungkin orang tua saya telah teken sesuatu yang tidak mereka pahami atau ketahui di sana. Yang jelas kejadian ini terjadi persis setelah mereka mendaftar di jasa haji di Surabaya itu.
Ya bisnis jasa travel umroh atau haji memang menggiurkan dan takkan pernah mati sampai kapanpun namun sayangnya manisnya bisnis ini telah membuat banyak pengusahanya lupa diri bahwa uang yang mereka terima adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan baik. Anda, para pengusaha tidak tahu bagaimana susahnya para pelanggan anda berjuang keras mengumpulkan sen demi sen dari hari ke hari dengan sebuah harapan suatu hari nanti bisa berangkat ke tanah suci. Hukuman penjara seumur hidup pun saya rasa tidak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan Anda yang telah menipu banyak calon jamaah. Jangan kau manfaatkan lemahnya hukum di negara ini hanya untuk sekedar mencicipi sedikit manisnya dunia yang pada akhirnya pasti akan kau tinggalkan nanti.
Sumber foto: detiknews.