Baca Juga
Biasanya hari-hari begini adalah saat menganggur bagi banyak warga kampung di sini. Sebenarnya ada dua waktu dimana warga kampung lebih banyak menganggur yaitu usai tanam padi dan usai panen padi. Setelah padi ditanam praktis warga kampung tidak memiliki aktivitas lain. Begitu pula usai panen biasanya disusul oleh hujan deras yang membuat ladang becek sehingga tidak bisa diolah. Jika dipaksakan diolah akan menyebabkan tanahnya mudah mengeras. Berhubung sama sekali sudah tidak ada aktivitas maka para warga menghabiskan banyak waktunya dengan dua macam kegiatan yaitu memancing dan ini yang terbanyak yaitu ngerumpi. Pagi-pagi di rumah orang tua saya selalu saja sudah hadir orang-orang yang siap membawa aneka bahan untuk ngerumpi. Mulai dari topik A sampai Z dibahas dan 99% topik yang dibicarakan adalah tentang orang lain entah itu tetangga, kerabat, saudara, atau kenalan. Dari 99% topik itu 90% adalah membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain. Ini tidak hanya berlaku buat para wanita tetapi para pria pun kalau sudah tidak ada kerjaan juga sama saja akan mengisi waktunya dengan membicarakan orang lain.
Jangan dikira mereka hanya akan ngerumpi 1-2 jam. Tak jarang mereka bisa menghabiskan waktu hingga dzuhur tiba. Sembari ditemani secangkir kopi atau makanan ringan bisa mejadi pelumas mulut tahan ngerumpi berjam-jam. Yang saya ingat benar beberapa hari lalu ketika salah seorang tetangga pria yang terkenal sebagai biang ngerumpi. Menurut saya kalau soal ngerumpi dia lebih jago dari perempuan manapun. Tubuhnya sebenarnya sudah tidak sehat yang membuatnya tidak mampu bekerja keras seperti dulu. Seperti biasa pagi-pagi dia sudah datang di dapur orang tua saya dan yang menarik dia menggunjing salah satu paklik saya sebut saja pak B. Pertama yang dibahas adalah dia seperti menyalahkan pak B yang tidak segera menikah. Saya heran, pak B baru ditinggal istrinya (meninggal karena penyakit) juga masih 3 bulan kenapa sudah disuruh-suruh menikah? Itu kan urusan personal pak B mau menikah atau tidak atau menikah kapan pun dia inginkan. Kenapa harus rese mengurus urusan kehidupan rumah tangga pak B? Yang kedua si tetangga rempong itu mempersoalkan pak B yang tidak pernah bekerja seumur hidupnya. Ya itu juga urusan pribadi pak B toh? Pak B itu pada dasarnya memang anak orang kaya dari dulu. Harta warisannya banyak. Enggak bekerja pun dia sudah memiliki ladang dan pekarangan luas yang bisa menjadi pendapatan pasif walau dia tidak bekerja. Setahu saya pak B ini juga tidak pernah sampai tidak makan atau mengemis ke rumah si tetangga rempong itu. Malah yang unik sebenarnya jumlah kekayaan pak B jauh lebih banyak dibandingkan si tetangga usil itu lantas kenapa dia begitu mempersoalkan sekali? Apakah dia tidak melihat dirinya sendiri seperti apa sekarang? Tubuh juga sudah sakit-sakitan dan tidak kuat bekerja tetapi malah menjelek-jelekkan pak B yang juga sama-sama tidak bekerjanya.
Saya jadi teringat saat masih sekolah SMP dulu ada tulisan besar-besar yang dibuat salah seorang guru di pagar dengan menggunakan cat berwarna hitam: nganggur mono bantale setan atau menganggur itu akan membuat kita mudah melakukan hal-hal negatif. Saya kira itu tepat sekali. Waktu yang kosong ibarat sebuah wadah tanpa isi dan apa saja akan bisa masuk ke dalamnya baik itu debu atau kotoran. Kalau di kampung saya, warga mengisinya dengan kegiatan menggunjing yang sebenarnya bisa menimbulkan kebencian dan fitnah. Oleh sebab itu dalam agama Islam menggunjing ibarat makan daging orang. Orang yang bertaubat dari menggunjing nantinya akan menjadi penghuni terakhir surga. Begitu beratnya hukuman menggunjing tetapi sudahkah semua orang menyadari bahayanya?