Tingkat Kecerdasan Siswa

Baca Juga


Dalam kamus Bahasa Indonesia tingkat adalah susunan yang berlapis-lapis, suatu kualitas atau keadaan lebih tinggi atau lebih rendah dalam hubungan dengan titik tertentu, sedangkan kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi. Sejalan dengan itu Binet (dalam (Stein, 2003) menyatakan bahwa kecerdasan adalah sebuah proses terpadu yang melibatkan pertimbangan, pemecahan masalah dan penalaran.

Kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan berhubungan dengan kemampuan intelegensi atau daya jiwa (ingatan, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya), sedangkan kemampuan ketrampilan berhubungan dengan aktifitas fisik untuk melakukan sesuatu dengan segala kesadarannya. Tingkat kecerdasan merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena hal ini sesuai dengan pendapat Bahri (2000) bahwa intelegensi merupakan daya menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan menggunakan bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. Seseorang dikatakan integensi apabila orang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan cepat, tanpa mengalami masalah.

Berdasar kedua pendapat tersebut, kemampuan menyesuaikan diri merupakan inti intelegensi; sedangkan perbuatan intelegen bercirikan kecepatan yang membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Djamarah (2000) mengemukakan bahwa intelegensi merupakan: (a) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively; (b) The ability to utilize abstract can cepts effectively; (c) The ability to grasp relationship and to quickly.

Untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, maka dikembangkan instrumen yang dikenal dengan “Tes intelegensi” dengan menggunakan pedoman perbandingan antara umur logis dengan umur mental seseorang, yang biasa disebut dengan istilah intelligence quotient (IQ). IQ adalah ukuran kemampuan intelektual, logika, dan konsep seseorang yang berkaitan dengan ketrampilan berbicara, kesadaran ruang dan kesadaran sesuatu yang tampak. IQ mengukur kecepatan untuk mempelajari hal baru, memusatkan perhatian pada aneka kegiatan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dengan menerapkan pengetahuan sebelumnya. Berhubungan dengan intelegensi, terdapat beberapa pengelompokkan, diantaranya seperti yang dilakukan oleh Gairison (dalam Azwar, 1996) (Tabel 2.1) dan Wart dan Marquis (dalam Azwar, 1996) (lihat Tabel 2.2).

Melihat hasil intelegensi, kita dapat menggunakan tabel klasifikasi sebagai acuan dasar untuk mengetahui tingkat kecerdasan. Meskipun beberapa psikolog meragukan hasil tes intelegensi karena memandang alat tes yang digunakan belum cermat, dan menyarankan penggunaan alat ukur yang berbeda untuk mengukur intelegensi akademik dan intelegensi praktis.

Tabel 2.1. Distribusi IQ untuk Kelompok Standarisasi Tes Binet

IQ

Presentasse

Klasifikasi

160-169

0,03

Sangat superior

150-139

0,20

140-149

1,10

130-139

3,10

Superior

120-129

8,20

110-119

18,10

Rata-rata tinggi

100-109

23,50

Rata-rata/normal

90-99

13,00

80-89

14,50

Rata-rata rendah

70-79

5,60

Batas lemah

60-69

2,00

Lemah mental

50-59

0,40

40-49

0,20

30-39

0,03

Sumber: Gairison (dalam Azwar 1996).

Tabel 2.2 Distribusi IQ untuk Kelompok Standarisasi Tes Baylley

Kelas Interval Skor IQ

Klasifikasi

140 – ke atas

Genius (luar biasa)

110 – 139

Very superior (amat cerdas)

110 – 119

Superior (cerdas)

90 – 109

Normal (overage)

80 – 89

Dull (bodoh)

70 – 79

Border line (batas potensi)

50 – 69

Morrons (debiel)

30 – 49

Embicile (embisil)

Di bawah 30

Idiot

Sumber: Gairison (dalam Azwar 1996).

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa tingkat intelegensi siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-beda. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intelegensi seseorang sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain adalah: (a) Pembawaan (sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir); (b) Kematangan (fisik maupun psikis, dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing); (c) Pembentukan (keadaan di luar diri yang mempengaruhi perkembangan intelegensinya); (d) Minat dan pembawaan yang lekat (dorongan yang menuntun manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar); (e) Kebebasan (bebas memilih metode atau bebas memilih masalah sesuai dengan kebutuhan) (Ngalim, 2000).




Dipublikasikan Oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com http://grosirlaptop.blogspot.com
close

UNTUK SAAT INI, ARTIKEL BLOG AKAN DITUTUPI. SEGERA KELUAR/CLOSE TAB INI ATAU TEKAN DISINI. JIKA ANDA TETAP INGIN MEMBUKA ARTIKEL INI, SILAHKAN TEKAN TOMBOL CLOSE. DENGAN ANDA MEMBUKA ARTIKEL KEMBALI, TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA MILIK ANDA, SAYA SUDAH PERINGATI UNTUK MENUTUP TAB INI. TERIMA KASIH. - ADMIN