Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Baca Juga

Sekolah yang melaksanakan manajemen berbasis sekolah baik input, proses maupun output memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Input Pendidikan, meliputi:
a). Memiliki kebijakan, strategi, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas.
b). Sumber daya tersedia dan siap pakai
c). Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
d). Memiliki harapan prestasi yang tinggi
e). Fokus pada siswa (student center)
f). Manajemen yang memadai dan lengkap
b. Kriteria Proses Pendidikan, meliputi:
a). Proses belajar mengajar yang efektif tinggi.
Proses belajar mengajar yang efektif lebih menekankan pada: a) Belajar mengetahui (learning to known), b) Belajar bekerja (learning to do), c) Belajar hidup bersama (learning to live together), dan d) Belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Hasil pendidikan yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang mampu bersaing, unggul, manusia yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk memasuki kehidupan di era globalisasi. Kompetensi yang dimiliki oleh manusia yang disebut unggul adalah:
- Berpikir kreatif produktif .
- Pengambilan keputusan
- Pemecahan masalah
- Belajar bagaimana belajar
- Kolaborasi
- Pengelolaan/pengendalian diri (kumpulan tulisan I Nyoman Sudana Degeng, 2002;1 45).


b). Kepemimpinan yang kuat
Pada sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang sangat kuat dalam menggerakkan, mengkoordinasikan, menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajemen (kemampuan yang tangguh) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah, kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. (Mulyasa, 2002:1 07).
Selanjutnya diuraikan tentang peranan kepemimpinan kepala sekolah dengan kedudukan pimpinan yang lainnya dan peranan kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua dan orang-orang lain di luar komunitas tempat sekolah.

c). Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman (enjoyable learning). sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman, efektif dan efisien. Karena itu tugas sekolah harus mampu menciptakan suasana yang nyaman, aman, tertib serta mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan iklim tersebut. Keadaan pendidikan kita sekarang ini belum menampakkan kenyamanan bagi siswa. Mereka masih merasakan pendidikan penindasan, keadaan ini oleh Paulo Freire dinamakan dengan pendidikan yang tidak manusiawi, sehingga pendidikan belum menumbuhkan motivasi belajar bagi anak-anak. (Djohar, 2001:40).
Proses belajar yang digerakkan oleh kepala sekolah, yaitu teknik pembelajaran yang meliputi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau lebih dikenal dengan PAKEM.
d). Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
Kepada sekolah harus dapat mengelola tenaga kependidikan (guru) dengan baik. pengelolaan ini meliputi analisis kebutuhan; a) Kebutuhan tenaga pengajar, b) perencanaan dan pengembangan, dan c) Evaluasi hubungan kerja dan pemberian jasa.
Pengembangan tenaga kependidikan ini dilakukan secara terus menerus mengingat kemajuan ilmu pengetahuan teknologi semakin pesat.
Selain itu kepala sekolah harus dapat mengelola struktur organisasi di sekolah itu dengan baik sehingga pendidikan berjalan lancar sesuai harapan dari orang tua siswa dan kebutuhan siswa, kepala sekolah, guru, dan anggota warga masyarakat rain yang merupakan suatu sistem saling kait mengkait untuk satu tujuan, yaitu keberhasilan sekolah tersebut. Seorang pemimpin harus dapat mengembangkan disiplin, terutama disiplin diri, dalam kaitannya pemimpin harus mampu membantu pegawai, mengembangkan pola dan meningkatkan standar perilakunya, serta menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.
Hal yang penting selanjutnya diuraikan dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi guru agar mau dan mampu mengembangkan dirinya secara optimal. (Muryasa, 2002:124).
e). Sekolah memiliki kelompok kerja yang kompak, cerdas, dan dinamis.
Kebersamaan merupakan ciri khusus manajemen berbasis sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Karena itu budaya kerja sama antar fungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari.
Menurut Morran (1981). Kegiatan kelompok kerja guru dilakukan melalui diskusi kelompok, melalui school based development program, yaitu "the kind of teachers development activities that are run on the school premises for the sole benefit of teacher of that school " (Mulyasa,2002:1 62).
Sistem komunikasi manajemen berbasis sekolah untuk menciptakan suasana kepada kelompok kerja agar dapat bekerja dengan kompak, cerdas dan dinamis sangat memerlukan sistem yang lues tetapi tetap disiplin.
Dalam implementasinya, manajemen berbasis sekolah ini dilaksanakan budaya sekolah. Budaya sekolah merupakan Sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas, administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. (Syaukani, 2001:54).
f). Sekolah memiliki kewenangan (kemandirian)
Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja yang tidak menggantungkan kepada atasan.
Untuk menjadi mandiri, sekolah harus mempunyai sumber daya yang cukup. Kriteria sumber daya yang memiliki kinerja dan kompetensi dalam manajemen berbasis sekolah (Mulyasa,2002:125). Meliputi : a) Pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab, b) Kemampuan dan ketrampilan, c) semangat yang tinggi, dan d) Inisiatif dan berkemauan tinggi.
g). Sekolah memiliki kemauan untuk berubah
Perubahan yang dimaksud adalah peningkatan baik yang berupa fisik maupun non fisik/psikologis, budaya mutu tertanam disanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku didasari profesionalisme.
Menurut Indrajati Sidi (2001), yang termasuk aspek peningkatan kualitas adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas, dimana fungsi guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar.
h). Partisipasi masyarakat dan warga sekolah cukup tinggi.
Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah memiliki ciri khas bahwa partisipasi masyarakat (warga sekolah) merupakan bagian dari manajemen pendidikan, dengan kata lain makin tinggi tingkat partisipasi masyarakat makin besar pula rasa memiliki, makin besar rasa memiliki makin besar pula rasa tanggung jawab, dan makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya pada sekolah.
Kemudian dalam kontek manajemen sekolah orang tua merupakan stake holder atau pihak utama yang berkepentingan terhadap kualitas, penyelenggaraan pendidikan. sebagai main stake holder orang tua dapat menuntut kualitas mutu pendidikan yang diperoleh anak-anaknya kepada penyelenggara pendidikan, yaitu sekolah dan pemerintah Di sisi lain, pihak sekolah dapat melibatkan secara aktif orang tua dalam peningkatan mutu proses pendidikan, termasuk peningkatan budi pekerti (Syaukani,2002:126).
i). Sekolah memiliki manajemen terbuka
Keterbukaan manajemen merupakan karakteristik sekolah. Manajemen sekolah, transparasi ini ditujukan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang serta penggunaan barang selalu melibatkan pihak-pihak terkait. Tiga langkah utama pendekatan strategis dalam kontek manajemen yaitu :
1. Strategi planing sebagai dokumen formal
2. Strategi manajemen sebagai upaya perubahan
3. Strategi thinking sebagai proses merumuskan tujuan dan hasil untuk mengelola proses kerangka dasar untuk yang dicapai serta kesinambungan.
j). Sekolah melakukan evaluasi, perbaikan dan pengayaan secara berkelanjutan.
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui daya serap dan kemampuan peserta didik, akan tetapi yang terpenting bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi bagi peserta didik. Untuk itu diperlukan pengayaan bagi siswa yang berhasil, perbaikan bagi siswa yang belum berhasil.
k). Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan masyarakat
Sekolah selalu tanggap terhadap aspirasi masyarakat yang muncul bagi peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah harus dapat membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat. merupakan bentuk komunikasi ekstern yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Dalam masyarakat juga. Terdapat individu-individu yang bersimpati terhadap pendidikan di sekolah.
Sekolah menghendaki agar peserta didik kerak menjadi manusia pembangunan yang berkualitas. Demikian halnya masyarakat mengharapkan agar sekolah dapat menerpa sumber daya manusia yang produktif dan berkualitas sehingga mengembangkan berbagai potensi masyarakat setelah kembali dan hidup bermasyarakat. Masyarakat menghendaki tenaga-tenaga yang terampil, cerdas, dan demokratis. (Mulyasa,2002:148).
l). Sekolah melakukan komunikasi yang baik dan harmonis
Sekolah yang efektif memiliki komunikasi yang baik, terutama antar warga sekolah, dan juga hubungan sekolah dengan masyarakat, sehingga kegiatan-kegiatan sekolah dapat diupayakan mempunyai keterpaduan dengan kebutuhan masyarakat, tetapi tidak menyimpang dari upaya mencapai tujuan, dan sasaran sekolah yang sudah diputuskan, komunikasi yang baik dan harmonis juga dapat menghasilkan team work yang kuat, dan cerdas sehingga berbagai kegiatan dapat dilakukan secara merata oleh semua warga sekolah.
m). Sekolah memiliki akuntabilitas
Akuntabititas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan, akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang telah dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orang tua siswa, dan masyarakat. Demikian pula sebaliknya para orang tua siswa dan anggota masyarakat yang lain dapat meningkatkan prestasi anak-anaknya secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
. Output pendidikan yang diharapkan:
Sekolah harus mempunyai output yang diharapkan, prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu; output yang berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output yang berupa no akademik (non academic achievement). Contoh output akademik, Yaitu :
a. Nilai ujian sekolah dan nilai raport pada bidang studi akademis
b. Nilai tes hasil belajar pada bidang studi akademik
c. Lomba bidang studi
d. Lomba karya ilmiah tingkat sekolah dasar, lomba mengarang, cara-cara berpikir kritis diskusi.
Contoh output non akademik, misalnya :
a. Kesopanan, kejujuran, kerajinan, kedisiplinan
b. Kerjasama yang baik, keingintahuan yang tinggi
c. Harga diri yang tinggi, rasa kasih sayang yang tinggi
d. Tenggang rasa yang tinggi, semangat kerja yang tinggi
e. Prestasi dalam bidang kesenian, dan olahraga.


Ditulis oleh:
M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
http://kabar-pendidikan.blogspot.com
--
close

UNTUK SAAT INI, ARTIKEL BLOG AKAN DITUTUPI. SEGERA KELUAR/CLOSE TAB INI ATAU TEKAN DISINI. JIKA ANDA TETAP INGIN MEMBUKA ARTIKEL INI, SILAHKAN TEKAN TOMBOL CLOSE. DENGAN ANDA MEMBUKA ARTIKEL KEMBALI, TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA MILIK ANDA, SAYA SUDAH PERINGATI UNTUK MENUTUP TAB INI. TERIMA KASIH. - ADMIN