Pembelajaran dengan Metode Jigsaw

Baca Juga

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

Para anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group). Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

A. Pengertian Metode Pengajaran Jigsaw
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode jigsaw. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani "Metodos". Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Pengertian jigsaw learning adalah sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis "pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.

Sedangkan menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain.

B. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Jigsaw
1. Pilihlah materi pelajaran/ kuliah yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).
2. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 50 sementara jumlah segmen yang ada adalah 5, maka masing-masing kelopmok terdiri dari 10 orang. Jika jumlah ini dianggap terlalu besar, bagi lagi menjadi dua, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 orang, kemudian setelah proses selesai gabungkan kedua kelompok pecahan tersebut.
3. Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi kuliah yang berbeda-beda.
4. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
5. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
6. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi.

C. Variasi
1. Berikan tugas baru misalnya menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada pengetahuan akumulatif dari semua anggota kelompok belajar jigsaw.
2. Beri siswa tanggung jawab untuk mempelajari ketrampilan, sebagai alternatif dari pemberian informasi kognitif. Perintahkan siswa untuk saling mengajarkan katrampilan yang telah mereka pelajari.

D. Faktor Penghambat Metode Jigsaw
Tidak selamanya proses belajar dengan metode jigsaw berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat muncul, yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu, proses metode ini membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum.


Rujukan:
1. Nurhadi, dkk. Pembelajaran kontekstual (CTL) dan penerapan dalam KBK (Malang: UM PRESS, 2004), hlm. 65
2. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm. 61
3. Hidayat Komaruddin, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: YAPENDIS, 1996 ). hlm. 195
4. (http://telaga.cs.ui.ac.id/Metodologi Penelitian/laporan4/kelompok5.doc.)
5. Hisyam Zaini DKK, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: CTSD, 2004), 58
6. Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Raisul Muttaqien “Terj” (Bandung: Nuamedia dengan Penerbit Nuansa, 2004), hlm. 195


Dipublikasikan Oleh:

M. Asrori Ardiansyah, M.Pd
Pendidik di Malang


Sumber: www.kabar-pendidikan.blogspot.com, www.arminaperdana.blogspot.com, www.kmp-malang.com
close

UNTUK SAAT INI, ARTIKEL BLOG AKAN DITUTUPI. SEGERA KELUAR/CLOSE TAB INI ATAU TEKAN DISINI. JIKA ANDA TETAP INGIN MEMBUKA ARTIKEL INI, SILAHKAN TEKAN TOMBOL CLOSE. DENGAN ANDA MEMBUKA ARTIKEL KEMBALI, TANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA MILIK ANDA, SAYA SUDAH PERINGATI UNTUK MENUTUP TAB INI. TERIMA KASIH. - ADMIN